Title: Mon Chéri

Genre: Romance

Rate: K+

Words: 1k+

.

Liburan adalah hal yang dinanti-nanti semua orang. Tidak terkecuali bagi Harry. Ya, setidaknya begitulah untuk beberapa hari yang lalu.

Harry sampai melompat kegirangan membayangkan liburan musim panas bersama kedua sahabatnya di negara La Tour Eiffel. Tapi yang sebenarnya terjadi sekarang adalah, ia hanya menatap bosan ke arah landmark kota Paris itu sendirian. Bagaimana bisa? Salahkan Hermione yang tiba-tiba dimintai tolong oleh profesor di kampusnya, dan Ron yang tiba-tiba terserang demam musim panas.

Harry tidak bisa membatalkan liburannya begitu saja. Ia sudah membeli tiket pesawat dan memesan kamar di hotel yang tidak bisa dibilang murahan. Harry tidak mau menyia-nyiakan uangnya. Karena itulah ia memutuskan untuk liburan sendiri dengan harapan hal itu akan membuatnya kembali bersemangat. Tapi ia tidak bisa menemukan semangatnya bahkan sejak ia mendaratkan kakinya di Prancis kemarin.

"Excusez-moi de vous importuner."

Harry terkejut saat tiba-tiba seorang pria menghampirinya. Ia tidak yakin harus membalas apa karena ia sendiri tidak mengerti dengan apa yang dikatakannya.

"Em, sorry, sir. I don't understand French," ucap Harry meminta maaf. Ia juga berharap jika pria di depannya ini bisa mengerti dengan apa yang dikatakannya. Tapi ia terlalu berharap.

Tanpa mempedulikan apa yang dikatakan Harry tadi, laki-laki dengan pakaian formal itu tetap berbicara. Dengan bahasa prancis yang cepat dan sama sekali tidak bisa dimengerti lawan bicaranya, lelaki itu juga memperlihatkan beberapa pamflet pada Harry.

Harry benar-benar kebingungan. Ia tidak tau harus berbuat apa. Laki-laki di depannya sesekali menggunakan bahasa inggris yang bisa ia mengerti, tapi itu belum cukup untuk membuat Harry mengerti sepenuhnya. Harry sungguh berharap ada seseorang yang bisa membantunya mengusir pria ini.

"Excusez-moi, monsieur."

Suara yang familiar menghentikan Harry. Suara yang sudah lama tidak ia dengar, namun bisa dengan mudah menebak siapa pemilik suara itu.

Draco Malfoy. Pemuda bersurai platina itu datang dari belakang Harry dengan senyum di wajahnya. Ia berdiri di samping Harry dan mulai berbicara pada pria Prancis di depannya.

Harry hanya diam memperhatikan Draco berbicara dengan bahas Prancis yang fasih. Ia sama sekali tidak mengerti dengan pembicaraan mereka, karena itulah Harry hanya diam. Tapi saat pria di depannya berbalik dengan raut kesal, Harry tau jika Draco berhasil mengusirnya.

"Turis asing yang tidak tau banyak tentang Prancis sepertimu adalah mangsa yang tepat untuk mereka." Draco kembali bicara dengan bahasa Inggris setelah pria itu pergi. "Penipu seperti mereka biasanya menargetkan orang-orang yang tidak bisa bahasa Prancis. Ditipu di sini tanpa mengerti satu kata pun bukanlah hal yang bagus, Potter."

Harry yang bingung mendengar bahasa Prancis tadi sekarang lebih bingung lagi mendengar bahasa Inggris Draco. Bukan karena kata-katanya sulit dimengerti, tapi karena Draco lah yang bicara.

"Apa?" tanya Draco karena Harry menatapnya sambil mengernyit.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Well, that's my question," balas Draco. Ia tidak lanjut bicara karena menunggu Harry untuk bicara duluan.

Harry yang mengerti jika Draco menunggu jawabannya memilih untuk menjawab duluan. "Berlibur. Memangnya apa lagi?"

"Kalau begitu seharusnya kau tidak lupa kalau aku kuliah di sini."

"Tapi sekarang sedang libur musim panas."

"Summer class," sahut Draco segera. "Aku bukan mahasiswa pemalas yang selalu mengharapkan liburan sepertimu."

"Wha— ah, sudahlah." Harry menyerah. Ia juga tidak mau repot-repot berdebat dengan Draco.

Harry kemudian melirik Draco sekilas. Ia mengalihkan pandangannya sebelum kembali bicara. "Well... Thanks, I gues."

Jelas Draco tidak puas mendengar permintaan maaf setengah-setengah itu. Tapi ia tetap menerimanya karena Draco yakin betul kalau Harry tidak akan mengucapkannya dua kali.

"Lalu, apa yang ingin kau lakukan sekarang?" Pertanyaan Harry keluar begitu saja saat keduanya terdiam untuk waktu yang lama.

"Kembali ke asramaku dan menunggu hingga hari berganti." Draco tidak menjawab dengan serius. Yang sebenarnya ia katakan hanyalah, ia tidak punya apa-apa untuk dilakukan.

Harry pun hanya mengangguk-angguk. Ia tidak tau harus berbasa-basi apa lagi. Lagi pula, Harry tidak mengerti kenapa ia harus berbasa-basi dengan Draco Malfoy. Sejauh yang Harry ingat, kenangan tidak menyenangkan selama sekolah menengahnya sebagian besar disebabkan oleh Draco. Lalu, untuk apa Harry mencoba mengobrol lebih lama dengannya? Mungkin Harry hanya merasa bosan... dan sedikit kesepian.

Draco cukup baik dalam membaca suasana hati orang lain, sehingga ia bisa mengerti dengan apa yang terjadi pada Harry. Ia juga bisa memahami bahwa pemuda itu ingin menahannya tapi tidak bisa mengatakannya. "Ingin pergi ke suatu tempat, Potter?"

Harry menoleh ke arah Draco. Memang tidak kelihatan, tali ia senang karena Draco bertanya. "Ke mana?"

"Terserah kau mau ke mana. Kau turisnya di sini," balas Draco. Ia mencoba memikirkan beberapa tempat. "Arc de Triomphe? Museum Louvre? Katedral Notre Dame? Atau kau ingin melihat Menara Eiffel lebih dekat lagi? Yah, meskipun kau bisa pergi ke semua tempat itu walau hanya berjalan-jalan tanpa tujuan."

Harry mendengus kecil. "Hm, kau benar. Dan aku sudah mengunjungi semua tempat itu kemarin."

"Ahh," Draco terdengar sedikit kecewa. Ia juga merasa bodoh karena merekomendasikan tempat-tempat yang sudah pasti akan didatangi oleh semua orang yang berkunjung ke Paris.

"Aku hanya ingin bersantai. Tempat yang bagus dan tidak perlu pergi jauh-jauh," terang Harry.

Mendengar hal itu membuat Draco tertawa pelan. "Well, kalau begitu kita di sini saja," ucapnya sambil memasukkan tangan ke saku celananya.

Harry ikut tertawa dan mengangguk setuju. Karena itulah ia tidak beranjak dari tadi. Hanya diam sambil menikmati keindahan Sungai Seine. Harry menikmatinya.

Draco kembali memperhatikan Harry yang kembali mengagumi keindahan panorama di sekitarnya. "Ingin berjalan-jalan sebentar?" tawar Draco yang langsung diterima oleh Harry.

Lama berjalan, Draco dan Harry memilih untuk duduk di salah satu kursi taman. Keduanya tidak banyak bicara. Mereka hanya memandang sekitar dan sesekali memeriksa ponsel mereka.

Harry juga beberapa kali bertanya pada Draco tentang kuliahnya. Sungguh, itu bukanlah hal yang Harry bayangkan akan dilakukan oleh dirinya. Dulu, ia akan membalas setiap perkataan Draco dan mereka akan berakhir dengan pertengkaran. Namun sekarang berbeda. Harry bahkan beberapa kali menemukan dirinya menatap Draco terlalu lama. Ia banyak bertanya hanya untuk mendengar suara Draco lebih lama. Benar-benar hal yang tidak ingin ia akui, tapi terus ia lakukan.

Seharusnya Harry masih memperhatikan Draco dan menikmati suaranya. Hingga dua orang gadis tiba-tiba menghampiri mereka. Kedua gadis itu menyapa dengan bahasa Prancis yang tidak dimengerti oleh Harry.

Ah, jangan lagi. Harry mengeluh. Ia sudah cukup mendengarkan bahasa Prancis pria yang ingin menipunya tadi. Sekarang Harry harus mendengarkan bahasa yang tidak ia mengerti lagi.

Sementara itu, Draco membalas sapaan kedua gadis itu dengan senyum menghiasi wajahnya. Ia juga membalas perkataan mereka hingga akhirnya kedua gadis itu duduk di dekat Harry dan Draco.

Harry menebak jika kedua gadis itu baru saja bertanya apa mereka boleh bergabung. Dan Draco jelas mempersilakan keduanya untuk duduk. Harry, anehnya tidak suka.

Salah seorang gadis berambut pendek bicara kepada Harry. Dia tampak bersemangat, tapi Harry tampak lelah.

"Sorry, I don't speak French," ucap Harry membuat kedua gadis itu memasang raut wajah kecewa. Harry tebak mereka berdua tidak begitu bisa berbahasa inggris.

"Aku akan bicara padanya untuk kalian," ucap Draco dengan bahasa Prancis yang sempurna. Ia juga berhasil membuat kedua gadis itu kembali bicara dengan bersemangat.

Harry seketika merasa jika dirinya tidak termasuk lagi dalam obrolan mereka. Ia hanya sesekali menjawab ketika Draco menerjemahkan pertanyaan para gadis itu padanya. Tapi yang paling banyak bicara tetaplah Draco. Ia bahkan membuat kedua gadis itu tertawa karena apa yang diucapkannya. Sekali lagi, Harry tidak suka melihatnya.

Draco dan kedua gadis itu mengobrol cukup lama tanpa membawa-bawa Harry. Ia sebenarnya juga tidak begitu berharap diajak mengobrol sekarang. Tapi, tiba-tiba saja kedua gadis itu tampak gugup. Mereka seperti meminta sesuatu pada Draco dan berkali-kali melontarkan pertanyaan. Atau, begitulah yang diduga oleh Harry.

"Apa kau serius? Kau tidak sedang bercanda?" tanya salah seorang gadis dengan bahasa Prancisnya.

Draco mengangguk. Ia meyakinkan kedua gadis yang sepertinya masih belum mempercayai perkataannya. "Aku mengatakan yang sesungguhnya, Ladies." Draco menoleh ke arah Harry. "Right, mon chéri?"

Harry sempat bingung dengan apa yang dikatakan oleh Draco. Ia tiba-tiba diminta persetujuan tanpa tau apa yang sedang mereka bicarakan. Tapi Harry pada akhirnya tetap mengangguk. Dan setelah ia mengangguk, kedua gadis itu menghela napas. Harry semakin bingung karena kedua gadis itu pergi meninggalkan mereka dengan wajah lemas.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Harry penasaran. Ia sangat penasaran.

"Mereka ingin mengajak kita untuk makan malam bersama," jawab Draco. "Aku tau kau tidak nyaman di dekat mereka, makanya langsung kutolak."

Harry mengangguk mengerti. Ia diam-diam senang karena Draco memahaminya. "Bicara soal makan malam, aku mulai lapar."

Draco mengangguk setuju. Meskipun langitnya masih terang, tetap saja ini sudah hampir waktunya makan malam. "Ada cafe yang enak di dekat sini. Kau mau ke sana?"

Harry mengangguk. Oh, Harry benar-benar tidak menyangka jika dirinya akan menerima tawaran makan malam dari seorang Draco Malfoy.

Keduanya langsung pergi menuju cafe yang dibilang oleh Draco. Mereka hanya memesan makanan yang tidak begitu berat dan teh karena mereka hanya ingin sekadar menghilangkan rasa lapar.

"Ngomong-ngomong, apa yang kau katakan pada kedua perempuan itu saat menolak mereka?" tanya Harry setelah menyesap tehnya.

Draco sama sekali tidak menoleh ke arah Harry, tapi sudut bibirnya terangkat. "Kenapa kau penasaran?"

"Well, kau sampai meminta persetujuanku. Wajar jika aku penasaran."

Draco menyesap tehnya sebelum menjawab. "They didn't ask for dinner, not really. They asked for a date."

"Ohh," Harry sedikit bingung harus bereaksi apa pada awalnya. Tapi mengingat mereka sedang ada di Prancis sekarang, ia memakluminya. "Dan, sepertinya kau sudah terbiasa dengan hal seperti itu?" Harry tidak tau tujuannya untuk bertanya.

"Hm, begitulah."

Meskipun tidak begitu senang dengan jawaban Draco, Harry tetap tersenyum. Ia punya alasan mengapa senyum itu tidak luntur dari wajahnya. Dan Harry juga tidak mau mengucapkan keras-keras alasannya.

Harry dan Draco kembali berkeliling setelah menghabiskan makanan mereka. Mereka hanya menghabiskan waktu dengan mengobrol hingga malam mulai larut. Harry berpikir jika sekarang saatnya untuk menyudahi jalan-jalan tanpa tujuan ini.

"Sudah hampir tengah malam," ucap Harry sambil melihat arlojinya. "Aku sepertinya harus kembali ke hotel sekarang. Aku harus berkemas."

"Kau akan kembali ke London?"

Harry menggeleng. "Besok pagi aku akan ke Brussel, lalu malamnya langsung ke Amsterdam. Dua hari di sana, barulah kemudian aku kembali ke London."

Draco memberi reaksi singkat.

"Apa kau pernah ke Belgia dan Belanda sebelumnya?"

Draco mengangguk. "Aku pergi ke sana seperti bolak balik dari kamar tidur ke toilet. Jangankan untuk berlibur ke Amsterdam, aku bahkan langsung pergi ke Zurich hanya untuk menghirup udara segar."

Harry terkekeh kecil menanggapi perkataan Draco. Dan ia kembali bertanya. "Aku tau jika kau mengambil kelas musim panas. Tapi, apa kau punya waktu, satu atau dua hari..."

"Aku punya waktu satu minggu." Draco langsung menjawab meskipun Harry belum sepenuhnya menyelesaikan perkataannya. "Kelas tidak dilakukan setiap hari. Dan beberapa profesor juga membatalkan kelas karena cuaca terlalu panas."

Harry tidak bisa menahan senyumnya. "Kurasa kau sudah tau apa yang kumaksud."

Draco mengangguk dan ikut tersenyum. "Kau memiliki nomerku, kan? Bagus. Beritahu saja kapan kau akan berangkat. Aku bisa pergi ke mana saja."

Harry masih belum bisa menghilangkan senyumnya. "Thanks," ucapnya bersungguh-sungguh.

Draco mengangguk. Ia sedikit bingung karena baru pertama kali mendengar Harry Potter berterima kasih padanya dengan tulus.

"Okay, then. Hotelku ada di dekat sini. Aku pergi dulu," pamit Harry sambil melambai. Tapi sebelum ia sempat berbalik, Harry teringat sesuatu dan kembali berdiri di hadapan Draco. Ia berjinjit untuk berbisik. "See you tomorrow, mon chéri."

Draco terlalu terkejut dengan apa yang terjadi. Ia baru bisa berpikir jernih saat menyadari jika Harry sudah pergi dan menghilang dari pandangannya. Lama terdiam di tempatnya, Draco pada akhirnya tersenyum. Ia berbalik dan pergi meninggalkan tempat itu. Sepanjang perjalanannya menuju asrama, tidak sedetik pun Draco berusaha menyembunyikan senyumnya.

Sama dengan Harry. Langkah kakinya begitu ringan menuju kamar hotelnya. Ia terlalu senang sampai tanpa sadar bersenandung. Sepertinya, liburan yang ia pikir gagal ini akan menjadi liburan paling mengesankan baginya.

.

Mon Chéri Completed

.

.

A/N

YO YO YO YO! I'M BACK!

Kalau menurut aku entah kenapa Draco itu cocok sama Prancis... agree?

Terus yang diobrolin Draco sama dua cewek tadi kira-kira begini... Mereka nawarin Draco sama Harry buat dinner sekaligus date... tapi Draco nolak. Cewek-cewek itu tetap maksa dan nanya kenapa Draco gak mau. Draco bilang kalau dia sama Harry itu pacaran, makanya gak bisa date sama mereka... Makanya Draco manggil Harry mon chéri (my dear) begitu... Dan Harry yang bahasa Prancis cuman tau bounjour sama merci setidaknya tau arti mon chéri, makanya dia kaget waktu ditanya sama Draco...

Yaaaa sekian deh, buat cerita kali ini~ jumpa lagi kapan-kapan^^

See you!

Virgo