Title: Part-Time
Genre: Romance, fluff
Rate: T
Words: 900+
Draco memutar mata malas. Ingin sekali ia memukul kepala pemuda yang tertawa di depannya dengan buku menu di tangannya. "Keluarlah jika kau hanya ingin mengganggu."
Harry Potter, ia melepaskan kacamatanya untuk menghapus air mata yang keluar karena terlalu banyak tertawa. Ia berdehan menghentikan tawanya. Harry kembali memasang kacamatanya dan memperhatikan Draco dari atas sampai bawah. Ia menggeleng kagum sekaligus tak percaya. "Hermione, bukankah wajahnya terlalu tidak ramah? Bagaimana mungkin kau mempekerjakannya?" tanya Harry penuh canda kepada sahabatnya.
Hermione yang berada di konter terkekeh. "Setidaknya aku tak perlu mengeluarkan uang untuk menggajinya," balasnya. Ia kemudian berjalan ke arah Harry dan Draco, duduk di kursi di depan Harry. "Ada pelanggan yang masuk. Sana, kau yang layani."
Draco mencibir namun tetap pergi menuju pelanggan yang baru saja masuk. Ia meninggalkan Harry yang masih berusaha keras untuk menyembunyikan tawanya. Juga dengan Hermione yang tersenyum penuh kepuasan.
"Jadi, bagaimana dia bisa berakhir bekerja di sini?" tanya Harry pada Hermione. Harry benar-benar berpikir bahwa Hermione hanya bercanda saat mengatakan bahwa Draco kini bekerja di cafe miliknya. Hingga Harry melihat sendiri Draco bekerja.
"Dia membuat masalah—aku tidak tahu apa, di perusahaan ayahnya," Hermione mulai menjelaskan. "Lalu ayahnya menyuruhnya untuk tidak bekerja dulu. Dan sebagai hukuman, aunt Cissy menyuruhnya bekerja di sini. Well, dia memang tidak mudah diatur. Tapi dia banyak membantu. Sejak Ron banyak dimintai bantuan oleh Fred dan George di toko mereka dan tidak bisa datang, Draco benar-benar membantu."
Harry tersenyum dengan sedikit tawa keluar dari mulutnya. "Tuan muda seperti dia pasti sangat merepotkan."
Hermione mengangguk tanpa ragu. "Sangat merepotkan." Dia pusing mengingat hari pertama Draco bekerja. Bahkan untuk menyapa orang dengan ramah saja dia tidak bisa. "Tapi harus kuakui dia pembawa keberuntungan."
Harry mengernyit. "Maksudmu?"
Hermione mengedikkan kepalanya ke arah Draco. Harry pun mengalihkan perhatiannya kepada Draco yang sedang melayani dua pelanggan perempuan yang baru saja masuk.
"Dua vanilla latte, sepotong cheesecake, dan sepotong red velvet," Draco mengulang kembali pesanan pelanggannya. "Ada tambahan?"
Salah seorang gadis berambut coklat mengangguk. "Bisakah kau memberitahu kami namamu?"
Draco tersenyum membuat kedua gadis itu tersipu. "Well, mungkin jika kita lebih sering bertemu, aku bisa mempertimbangkannya."
"Kalau begitu kami akan datang lagi," ucap gadis satunya yang berkacamata. Ia tersenyum lebar hingga matanya ikut tersenyum.
Draco masih mempertahankan senyumnya dan kemudian permisi untuk membawakan pesanan kedua gadis tersebut. Begitu Draco pergi meninggalkan mereka, kedua gadis itu langsung berbisik dengan wajah kelewat bahagia.
"Dia tidak terampil, tapi dia membawa banyak pelanggan," ucap Hermione dengan bangga. Selama pemasukannya bertambah, Hermione tidak keberatan membiarkan Draco bekerja selama mungkin. Ia kemudian kembali menghadap Harry. Hermione sedikit terkejut saat melihat wajah tidak ramah Harry. "What's wrong?" tanya Hermione bingung.
Harry tidak langsung menjawab. Ia bergumam tidak jelas, namun terdengar seperti sebuah kutukan. "Hermione, aku ingin bekerja di sini."
"Ha? Untuk apa?"
"Aku butuh uang."
"Kau seorang penulis best seller. Dan ayahmu punya segudang harta warisan atas namamu."
"Menambah satu pengalaman kerja lagi bukanlah hal yang buruk."
Hermione menggeleng. "Aku dengan senang hati menerima Draco karena ini adalah hukuman untuknya. Aku tidak membayarnya karena aunt Cissy melarangku memberikan upah padanya. Dan jika aku bisa bekerja dengan Draco tanpa perlu membayarnya, ditambah dengan Ron—yang juga tidak perlu gaji karena tempat ini juga miliknya—untuk apa aku mempekerjakan dan membayarmu?"
"Kalau begitu tidak perlu membayarku. Aku akan bekerja sebagai teman yang membantu."
"Tapi, kau..." Hermione dibuat geleng-geleng oleh Harry. Baru semenit sebelumnya Harry mengatakan dia ingin bekerja untuk uang. Dan sekarang dia bekerja dengan suka rela? Hermione tidak akan pernah mengerti jalan pikiran Harry.
.
"Apa yang terjadi padanya?" tanya Ron bingung melihat Harry yang tiba-tiba sudah bekerja di cafe miliknya dan Hermione. "Apa dia iri pada Draco? Apa dia merasa tersaingi?" tanya Ron lagi pada Hermione.
"Apa maksudmu?" Hermione balik bertanya. Ron kemudian menunjuk ke arah Harry dan Draco yang sedang melayani satu meja yang sama.
"Bisa kuterima pesananmu sekarang?" tanya Draco pada pelanggan perempuan yang baru saja datang.
Perempuan itu tersenyum dengan genit. "Sama seperti biasa."
Draco memiringkan kepalanya, memikirkan pesanan seperti biasa apa yang dipesan pelanggannya ini. "Maaf, jika aku tidak salah ingat, kau selalu memesan menu yang berbeda tiap kali datang."
Perempuan itu menggeleng membuat rambut pirangnya ikut bergoyang. "Ada satu yang selalu sama," pipi putihnya seketika merona. "Could I get your number, please?"
Draco berseru dengan sebuah senyum di wajahnya. Baru saja ia ingin membalas, seseorang mendorongnya dari samping. Harry lah yang menyikutnya dengan sangat keras. "Kau apa-apan sih?"
Harry tidak membalas tatapan kesal Draco. "Ada pelanggan tuh, kau layani mereka," perintahnya dengan suara datar.
"Kenapa tidak kau saja? Aku juga sedang bekerja di sini."
"Biar aku yang melakukannya. Kau pergi saja sana," usir Harry mendorong Draco menjauh. Akhirnya ia lah yang mendapat giliran melayani perempuan yang masih memperhatikan Draco ini. "Jadi, pesananmu?" Harry berusaha untuk terdengar ramah, tapi wajahnya tidak menunjukkan keramahan sama sekali.
Beruntung si perempuan tidak mempermasalahkan raut wajah Harry. "Hei, bisa kau beri aku kontak atau sosial medianya?"
"Dia tidak punya sosial media."
"Setidak pasti ada satu—"
"Secangkir coklat panas akan sangat cocok untuk cuaca hari ini."
"Apa dia sudah punya—"
"Secangkir coklat panas dan bagel akan menjadi perpaduan yang bagus."
Perempuan itu akhirnya menutup mulutnya. Ia mengangguk dengan gugup. "Baiklah. Aku mau itu," ucapnya pelan.
Akhirnya wajah ramah Harry kembali. Ia meminta sang pelanggan menunggunya membawakan pesanannya.
Sementara itu, Hermione dan Ron memperhatikan kedua pekerja baru mereka. Ron benar-benar masih diselimuti kebingungan. Namun Hermione tersenyum. Sekarang ia mengerti.
"Jadi, apa Harry memang cemburu pada Draco?" tanya Ron setelah melihat senyum di wajah Hermione.
Hermione menggeleng. "Well, dia memang cemburu. Tapi tidak seperti apa yang kau pikirkan."
"Lalu, tidak apa kita biarkan mereka?"
Hermione terkekeh kecil. Ia kemudian mengangguk. "Tentu saja. Ini bagus untuk keduanya." Dan Hermione kembali ke dapur, meninggalkan Ron yang masih belum mengerti bagusnya untuk Draco dan Harry itu apa.
.
.
Part-Time — Completed
.
.
.
