Chapter 100
"KIRI... KANAN... KIRI... KANAN!"
Suara komando bergema di halaman belakang Twilight Manor, diteriakkan dengan penuh semangat oleh dua Amazoness kembar yang tengah mengayuh sepeda tandem mereka dengan kecepatan tinggi. Tiona dan Tione, dengan koordinasi yang nyaris sempurna, terus mengayuh pedal dalam irama yang teratur, menghasilkan bunyi derit rantai yang berpadu dengan suara roda yang menggelinding kencang di atas tanah.
Tione, yang duduk di depan dan memegang setang, menajamkan pandangannya ke depan. Mata amethyst-nya berbinar begitu melihat sosok mungil kapten mereka, Finn, berdiri di lapangan, tepat di depan mereka.
"BERHENTI!"
Kali ini, teriakan Tione penuh urgensi, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Tiona benar-benar patuh tanpa membantah.
Sreeeettttttt!
Ban belakang sepeda tandem berdecit keras saat kedua Amazoness itu menarik rem secara bersamaan. Debu langsung berhamburan ke udara, menyelimuti area sekitar dalam kabut tipis. Beberapa anggota Loki Familia yang masih berdiri di dekat Manor mundur sedikit, menghindari debu yang terangkat.
Dalam sepersekian detik, sepeda tandem itu berhenti tepat di hadapan Loki, Finn, dan Shirou—hanya beberapa langkah lagi sebelum menabrak mereka.
Tiona, yang duduk di belakang, langsung melompat turun dari sadelnya dengan gesit. Dengan wajah berseri-seri dan penuh kebanggaan, ia mengangkat kedua tangannya ke udara dan berseru "Yay! Kita menang balapan!"
Shirou, yang sejak tadi memperhatikan mereka, mengerutkan keningnya. Ada sesuatu yang janggal di sini. Perlahan, ia menoleh ke kiri dan ke kanan, seolah mencari sesuatu—atau lebih tepatnya seseorang.
"…Tunggu dulu," katanya akhirnya, menatap Tiona dengan curiga. "Di mana Lefiya? Bukankah kalian tadi balapan dengannya?"
Tiona hanya menyeringai lebar, menjulurkan tangannya di depan dada dengan ekspresi penuh kemenangan. "Jelaslah dia ketinggalan jauh~" katanya dengan nada puas, sambil mengibaskan rambutnya dengan pura-pura angkuh penuh canda. "Aku bahkan nggak bisa melihatnya lagi di belakang! Wahaha!"
Shirou hanya bisa menghela napas. Kasihan Lefiya…
Sementara Tiona masih berselebrasi atas "kemenangannya" dalam balapan sepeda, saudari kembarnya, Tione, sama sekali tidak tertarik dengan hasil perlombaan tersebut. Begitu kakinya menyentuh tanah setelah turun dari sepeda tandem, matanya langsung tertuju pada satu sosok—Finn Deimne.
Tanpa ragu, ia melangkah mendekat dan dengan penuh keyakinan mengelus sadel sepeda tandem mereka, seolah merayakan sesuatu yang jauh lebih penting daripada sekadar kemenangan. "Kapten~" panggilnya dengan nada menggoda. "Ayo kita berdua naik sepeda ini."
Loki yang berdiri di samping Finn, langsung menyeringai lebar melihat aksi Tione. "Oho~ Tione, kamu nggak buang-buang waktu ya?" godanya dengan suara geli, menikmati bagaimana Finn terlihat sedikit tidak nyaman dengan situasi ini.
Finn yang sudah terbiasa menghadapi perilaku Tione, hanya bisa mengusap dahinya, menghela napas pelan, lalu dengan cepat mencari cara untuk mengalihkan pembicaraan. Matanya lalu tertuju pada sepeda tandem yang baru saja mereka kendarai.
"Sepeda ini sedikit berbeda dari yang lain…" gumamnya, menunjuk dua sadel dan dua pasang pedal yang dirancang untuk dua orang. Finn lalu menoleh ke arah Shirou dan bertanya dengan nada penuh minat, "Apakah kau bisa memproyeksikan sepeda unik lainnya seperti ini?"
Shirou berpikir sejenak. Memori tentang berbagai jenis sepeda dari dunia asalnya melintas dalam benaknya. Lalu, sebuah ide muncul.
"Trace… On."
Ia mengulurkan tangannya, dan dalam sekejap, cahaya biru kehijauan berkilauan, membentuk sesuatu yang sangat berbeda dari sepeda sebelumnya. Begitu cahaya menghilang, sebuah sepeda roda satu berdiri di hadapan mereka.
Namun, karena keseimbangannya yang kurang stabil, sepeda itu langsung miring ke samping dan jatuh tepat ke arah Loki.
"ADUH!"
Sadel sepeda yang jatuh tepat mengenai dada Loki, membuat dewi itu langsung menggeliat kesakitan di tanah, sementara semua orang di sekitarnya menatap dengan ekspresi terkejut.
Tiona dan Tione langsung tertawa keras, hampir kehilangan keseimbangan sendiri karena geli. "Hahaha! Lihat itu! Bahkan sepeda pun menolak keberadaan dada Loki!" Tiona berseru dengan nada bercanda, tak sadar ukuran dadanya tak beda jauh dengan Loki.
Loki yang masih duduk di tanah dengan ekspresi cemberut, memijat dadanya yang tertabrak. "Oi, bocah! Kau harus lebih hati-hati!" katanya kesal, melotot ke arah Shirou yang buru-buru membungkuk minta maaf.
Finn yangberekspresi lebih tenang, mengangkat sepeda roda satu itu dari tubuh Loki dan menelitinya dengan rasa ingin tahu. "Hmm… ini memang unik, tapi…" Ia mengangkat alis dan menatap Shirou, "apa sebenarnya kegunaan sepeda ini?"
Shirou tersenyum kecil, "Biasanya sepeda ini digunakan untuk atraksi atau pertunjukan."
Finn mengangguk paham, sementara Loki mendengus kesal, masih mengusap dadanya yang baru saja terkena serangan tak terduga dari sadel sepeda.
Finn menaiki sepeda roda satu dengan penuh percaya diri. Awalnya, tubuhnya sedikit condong ke depan dan ke belakang, mencari keseimbangan yang tepat. Namun, hanya dalam beberapa detik, kapten Pallum itu berhasil menyesuaikan diri. Kakinya mulai mengayuh perlahan, dan sepeda roda satu itu mulai bergerak maju dengan mulus.
Finn mengangkat sedikit alisnya, merasa tertantang. "Oh? Bisa maju dan mundur juga rupanya," gumamnya sambil menggerakkan tubuhnya ke belakang, membuat sepeda itu melaju mundur beberapa meter sebelum kembali maju lagi. Dengan setiap kayuhan, ekspresi serius Finn berubah menjadi senyuman kecil. Meskipun ia tidak menunjukkannya secara langsung, jelas bahwa ia cukup menikmati pengalaman baru ini.
"WAH! Kapten, kau luar biasa!" seru Tione dengan mata berbinar penuh kekaguman.
Di sampingnya, Tiona dan Loki juga ikut menonton dengan penuh antusias. Tiona bahkan terlihat ingin mencoba juga, sementara Loki menyeringai melihat bagaimana kapten mereka bisa menyesuaikan diri begitu cepat dengan kendaraan aneh itu.
Sementara itu, Shirou hanya bisa mengamati dalam diam, pikirannya secara tidak sengaja melayang ke gambaran Finn yang tampil di sebuah sirkus. Dengan keahlian keseimbangannya yang luar biasa dan tubuhnya yang kecil, ia bisa dengan mudah menjadi bintang utama di sebuah pertunjukan akrobat. Finn Deimne, sang kapten Loki Familia, si ahli sepeda roda satu.
Namun, suara langkah kaki yang mendekat dari belakang membuyarkan imajinasinya.
Shirou menoleh dan melihat Aiz Wallenstein berdiri di dekatnya. Gadis itu masih dengan ekspresi datarnya yang khas, tetapi ada sesuatu yang berbeda kali ini. Matanya tertuju pada sepeda yang digunakan Finn, serta anggota Loki Familia lainnya yang sibuk mencoba sepeda mereka masing-masing. Ada kilatan ketertarikan di balik mata emasnya yang biasanya tenang.
Setelah beberapa detik mengamati, Aiz akhirnya bertanya dengan suara lembut namun penuh rasa ingin tahu, "Shirou… benda apa itu?"
Shirou tersenyum tipis. "Ini disebut sepeda," jawabnya sambil melirik ke arah Finn yang masih sibuk bermain dengan sepeda roda satunya. "Sebuah kendaraan sederhana yang bisa dikayuh untuk bergerak tanpa perlu menggunakan terlalu banyak energi. Ada banyak jenisnya, tergantung pada kebutuhan penggunanya."
Aiz mengangguk pelan, tetap memperhatikan sepeda-sepeda itu dengan penuh minat, seolah sedang mempertimbangkan sesuatu.
Shirou mengamati Aiz sejenak sebelum bertanya, "Ngomong-ngomong, kenapa kau tidak keluar bersama yang lain tadi?"
Di halaman belakang, rombongan anggota Loki Familia sudah tersebar, masing-masing sibuk dengan sepeda yang baru saja diproyeksikan oleh Shirou. Raul tampak berusaha menyeimbangkan sepedanya dengan ekspresi canggung, sementara Aki dan Alicia tertawa melihat Linne yang hampir menabrak pagar karena terlalu bersemangat mengayuh. Beberapa anggota lain berlomba di sekitar lapangan, suara tawa mereka bercampur dengan derit ban yang berputar di atas tanah berbatu.
Aiz yang masih berdiri tenang di samping Shirou, mengangguk sedikit sebelum menjawab dengan suaranya yang datar namun lembut, "Aku tadi masih menikmati sarapanku sendiri."
Setelah jeda singkat, ia menundukkan kepalanya sedikit, ekspresinya tampak tulus saat berucap, "Terima kasih… masakanmu selalu enak."
Shirou terdiam sesaat sebelum tersenyum kecil. "Sama-sama." Namun, ia segera menyadari sesuatu yang janggal. "Tapi, kenapa kau sarapan terlambat? Apa kau habis melatih Bell lagi?" tanyanya sambil sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan.
Mata emas Aiz sedikit membulat sebelum ia cepat-cepat mengangguk, lalu meletakkan jari telunjuknya di bibirnya dengan ekspresi rahasia. "Ssstt… nanti Loki dan Finn tahu," bisiknya pelan, seolah-olah takut ada yang mendengar.
Shirou menaikkan alisnya. "Kau takut ketahuan?"
Aiz sedikit mengalihkan pandangannya, nada suaranya tetap tenang, tetapi ada sedikit kecemasan tersembunyi di dalamnya. "Loki pasti akan marah jika tahu aku membantu Bell. Apalagi, Hestia dan Loki tidak akur."
Shirou paham maksudnya. Loki, dengan sifatnya yang keras kepala, memang sering mengejek Hestia, dan kemungkinan besar tidak akan senang jika tahu anak kesayangan Familia-nya diam-diam melatih anggota dari Familia yang menjadi "rivalnya."
Namun, untuk saat ini, tampaknya kekhawatiran Aiz tidak perlu.
Finn masih sibuk mengajari Loki cara menaiki sepeda roda satu, sementara Loki, dengan ekspresi cemberut, berusaha keras menyeimbangkan tubuhnya di atas kendaraan unik itu. Tiona dan Tione, yang biasanya selalu gaduh, kini justru tertawa puas melihat dewi mereka hampir kehilangan keseimbangan beberapa kali.
Aiz melirik mereka sebentar, lalu kembali menatap Shirou, seakan memastikan bahwa rahasianya masih aman.
Shirou berpikir sejenak. Sejujurnya, ia tak melihat masalah besar jika Aiz membantu Bell berlatih. Namun, ia memilih untuk tidak mengutarakan pendapatnya. Toh, jika Aiz sendiri merasa perlu merahasiakannya, lebih baik ia tidak ikut campur.
Ia melirik ke samping, Aiz masih tampak memperhatikan para anggota Loki Familia yang sibuk mengayuh sepeda mereka. Matanya mengikuti setiap gerakan, ekspresi wajahnya tetap datar, tapi ada sedikit kilauan ketertarikan di dalamnya.
Melihat itu, Shirou akhirnya membuka mulut, "Kau mau mencoba juga?" tanyanya ringan. "Kalau kau mau, aku bisa memproyeksikan sepeda untukmu. Kau tinggal pilih, mau yang seperti apa?"
Aiz mengerjapkan matanya, seakan sedikit terkejut dengan tawaran itu. Perlahan, ia mengalihkan pandangannya ke tiga jenis sepeda yang ada di hadapannya.
Sepeda roda satu, yang saat ini sedang dinaiki oleh Tiona dengan Finn yang mengajarinya keseimbangan. Sepeda roda dua standar, yang paling umum digunakan oleh anggota Loki Familia dan tampak lebih praktis. Namun, tatapannya akhirnya berhenti pada sepeda tandem, yang memiliki sepasang sadel dan pedal untuk dua orang.
Shirou memperhatikan bahwa Aiz menatap sepeda tandem itu sedikit lebih lama daripada yang lain. Ia bisa melihat bahwa ada sedikit keraguan dalam ekspresi gadis itu, seakan ragu untuk mengutarakan keinginannya.
Akhirnya, dengan suara pelan tetapi jelas, Aiz menunjuk ke arah sepeda tandem itu.
"Aku ingin yang itu saja."
Shirou menaikkan alisnya sedikit, sedikit terkejut dengan pilihannya. Namun, sebelum ia sempat menanyakan alasannya, Aiz melanjutkan dengan kalimat yang membuat jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.
"Aku ingin mengendarainya berdua denganmu, Shirou."
Shirou terdiam sesaat, sebelum akhirnya mengangguk dengan tenang. "Baiklah, aku akan memproyeksi satu lagi untuk kita."
Namun, sebelum ia sempat mengaktifkan Projection, tiba-tiba ia merasakan sebuah sentuhan ringan di bahunya. "Hm?" Ia menoleh dan melihat Tione berdiri di sampingnya.
Tione menyeringai kecil dan mengedipkan sebelah matanya. "Kau tak perlu memproyeksikan yang baru. Pakai saja sepeda tandem yang tadi kami gunakan."
Shirou sempat berpikir kenapa Tione memberikan sepeda itu kepadanya, tetapi sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, Tione menambahkan dengan nada sedikit khawatir, "Sekalian cari Lefiya. Aku merasa dia belum kembali sejak tadi."
Aiz, yang mendengar itu, langsung menoleh ke arah Tione dan bertanya dengan nada serius, "Lefiya… dia harus kami cari di mana?"
Tione mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah ujung belakang area Manor. "Kami tadi balapan berputar melewati area itu. Mungkin Lefiya masih ada di sekitar sana."
Shirou dan Aiz saling bertukar pandang sebelum akhirnya mengangguk. Sepertinya, petualangan mereka dengan sepeda baru saja dimulai.
Aiz mendekati sepeda tandem yang terparkir dan memeriksanya dengan seksama. Matanya yang keemasan mengamati setiap detailnya—dua sadel, dua set pedal, dan setang yang hanya tersedia di bagian depan. Ia menyentuh rangkanya, merasakan permukaannya yang halus sebelum akhirnya berdiri tegak dan menoleh ke arah Shirou.
"Bagaimana cara menggunakannya?" tanyanya singkat, suaranya tetap datar seperti biasa.
Shirou tersenyum kecil dan menunjuk sadel depan. "Kalau kau mau merasakan pengalaman mengendarai sepeda sungguhan, lebih baik kau duduk di depan," sarannya. "Di belakang hanya bisa mengayuh, tapi yang mengendalikan tetap orang di depan."
Namun, Aiz hanya menatap sadel depan sesaat sebelum akhirnya memilih duduk di sadel belakang. "Aku mau coba mengayuh saja dulu," katanya sambil menyesuaikan posisi duduknya.
Shirou mengerjap, sedikit bingung dengan pilihannya. Bukankah lebih seru kalau dia yang menyetir? Tapi, ia tak memaksakan kehendaknya. "Baiklah, kalau begitu aku yang mengendalikan," jawabnya sambil menaiki sadel depan.
Sementara itu, Aiz menggenggam erat ujung sadelnya. Sebenarnya, alasan ia memilih duduk di belakang bukan sekadar ingin mencoba mengayuh saja. Jika ia duduk di depan, ia tidak akan bisa melihat Shirou dengan jelas. Namun, dengan posisi ini, ia bisa mengamati sosok Shirou dari belakang—melihat bagaimana punggungnya bergerak saat mengayuh, merasakan jarak yang begitu dekat di antara mereka.
Shirou, yang tak menyadari isi pikiran Aiz, menoleh sedikit ke belakang dan berkata, "Sebelum kita mulai, naikkan dulu kickstand-nya."
Aiz menunduk, melihat standar sepeda yang menyangga roda belakang, lalu dengan gesit menggunakan kakinya untuk mendorongnya ke atas. KLIK! Standar itu pun terangkat, membuat sepeda kini siap digunakan.
Shirou menoleh lagi dan memberikan aba-aba, "Oke, kita mulai. Siap?"
Aiz mengangguk tanpa suara.
"Satu… dua… tiga—kayuh!"
Dalam satu gerakan yang serempak, keduanya mulai mengayuh pedal sepeda tandem tersebut. Rodanya mulai berputar, membawa mereka perlahan melaju ke arah belakang Manor. Shirou mengendalikan arah dengan mantap, sementara Aiz di belakangnya, diam-diam menikmati perjalanan kecil ini, dengan matanya yang tetap tertuju pada punggung Shirou.
Shirou dengan mantap mengayuh pedal, tangannya kokoh menggenggam setang sepeda tandem sambil menjaga keseimbangan. Angin pagi yang sejuk berembus melewati mereka, menggoyangkan helai-helai rambutnya yang berwarna merah. Matanya tajam, terus bergerak memindai area belakang Manor—mencari keberadaan Lefiya di antara bangunan dan pohon-pohon yang menghiasi halaman belakang Loki Familia.
Di belakangnya, Aiz juga mengayuh dengan ritme yang sama. Awalnya, matanya fokus mengamati sekeliling, mencari tanda-tanda keberadaan Lefiya. Matanya menyapu area sekitar—deretan pohon kecil yang membatasi halaman, beberapa anggota Familia lain yang masih sibuk bermain dengan sepeda mereka, hingga jalur tanah yang mengarah lebih jauh ke belakang.
Namun, semakin lama ia bersepeda bersama Shirou, pikirannya mulai teralihkan.
Suara rantai yang berputar halus, ayunan ritmis pedal yang bergerak bersama, serta keberadaan Shirou yang begitu dekat di depannya... semua itu memberikan perasaan yang aneh namun nyaman dalam dirinya. Ia bisa melihat punggung Shirou yang tegap, bagaimana setiap gerakan tubuhnya begitu alami saat mengendalikan sepeda, bahkan sesekali ia mendengar napas pelan Shirou setiap kali mereka harus mengayuh lebih kuat.
Aneh… pikir Aiz. Kenapa rasanya berbeda?
Jari-jarinya yang awalnya menggenggam bagian belakang sadel kini sedikit rileks. Ia tak lagi terlalu peduli dengan sekeliling. Yang penting, ia bisa menikmati perjalanan ini bersama Shirou.
Sementara itu, Shirou tetap fokus pada tujuannya. Matanya terus menyapu area belakang Manor, mencari tanda-tanda keberadaan Lefiya.
Hingga akhirnya, di kejauhan, sesuatu menarik perhatiannya.
Sebuah sepeda berwarna merah muda berdiri diam di samping sebuah bangunan kecil yang dipenuhi alat-alat tempa—Forge milik Loki Familia. Dari desainnya, Shirou langsung mengenali itu sebagai sepeda milik Lefiya.
Ia memperlambat laju sepeda tandem mereka, ban sepeda menggelinding lebih pelan di atas tanah, menyisakan suara halus gesekan dengan kerikil.
"Sepertinya dia ada di dalam Forge," gumam Shirou sambil menoleh sedikit ke belakang, memberitahu Aiz.
Aiz yang sempat tenggelam dalam pikirannya tersadar dan kembali fokus. Ia mengikuti arah pandangan Shirou, melihat sepeda pink Lefiya yang terparkir rapi.
"Ayo kita lihat," jawab Aiz singkat, suaranya kembali pada nada tenang yang biasa.
Shirou mengangguk, lalu mulai mengarahkan sepeda mereka ke Forge, meninggalkan jejak roda di tanah yang sedikit lembap, sementara di belakangnya Aiz kembali mengayuh pedal dengan ritme yang lebih sadar—menyadari bahwa momen kecilnya barusan telah berlalu.
