Dum dum dum
Bunyi musik dj di sebuah klub malam berdentum keras memekakan telinga. Semua orang bermasalah rumit hanyut mengikuti iramanya yang memabukkan. Terlihat pemandangan yang sudah biasa di tampilkan, para gadis seksi bergoyang penuh gairah sementara para pria hidung belang sibuk menggerayangi tubuh mereka.
Sasuke memasuki club tersebut dan mencari sebuah meja dimana teman-temannya sudah berkumpul.
"Oi sasuke sebelah sini." Panggil Naruto ketika melihat temannya dipintu masuk. Lelaki berusia 26 tahun itu pun menghampiri kelompoknya yang telah hadir semua.
"Aku tak menyangka kau akan datang Sasuke." Kata Sai si pria kulit pucat sambil memasang senyum palsu andalannya.
"Hn. Selamat hari lahir." Pria bermata onyx mengarahkan tinju singkat ke bahu teman dekatnya itu. Ia lalu mengambil tempat di seberang Sai dan mulai memesan minuman.
Melihat Sasuke datang, gadis pemilik mata emerald tersipu malu. Ia sedikit memperbaiki lipsticknya yang telah pudar akibat ciuman mesra dari bibir Naruto sang calon kekasih.
"Kau kenal Sasori kan teme? Dia ikut malam ini. Tapi lagi sama pacar-pacarnya disana." Naruto menunjuk pria mirip boneka di tengah ruangan, terlihat memeluk dua wanita cantik sambil bergoyang.
"Hn. Anggota akatsuki." Balas Sasuke cuek.
"Bagaimana kabar dirimu Sasuke-kun?" Tanya seorang wanita berusaha melembutkan suaranya.
"Baik."
"Besok kau masih libur?" Sasuke melirik kesal ke teman-temannya. Mengapa mereka ini seperti reporter pemuat berita yang suka sekali mewawancarai dirinya.
"Tidak, aku terbang!" Volume suaranya semakin lama semakin naik.
"Kemana?" Tanya polos naruto.
"Jangan bilang ke otogakure lagi. Kau tidak bosan apa?" Sambung Naruto.
"Diamlah baka!" Sasuke tidak tahan lagi ia pamit ketoilet untuk menetralkan emosinya.
"Huh? Kenapa dengannya hari ini." Ucap Naruto seraya mengelus bahu terbuka Sakura yang kembali menyender di pundak anak Namikaze itu.
"Mungkin dia membaca berita harian kompas konoha." Semua mata tertuju pada Shikamaru. Pria yang paling jenius di antara perkumpulan mereka.
"Memangnya isinya apa?" Tanya Ino wanita berambut blonde calon tunangan Sai.
"Semacam artikel lgbt.." Lanjut Shikamaru menuangkan botol minuman ke gelas yang sudah kosong.
"Jadi maksudmu Sasuke-kun kaum lgbt, begitu?" Kata Ino membelalakkan mata.
"Bukan aku! Tapi newspaper, mendokusai." Sahutnya malas.
"Tidak mungkin Sasuke-kun gay. Seingatku dia pernah dekat dengan wanita bernama Ameno." Bantah Ino.
"Senior ku yang sekarang sudah jadi chief."
"Ameno-san tidak dekat dengan Sasuke. Itu hanya gosip murahan." Semua menatap seolah tak percaya. Sabaku Gaara, pria yang sangat jarang mengeluarkan suara, ikut menimbrung dalam percakapan mereka.
"Begitu ya. Kalau memang Sasuke-kun gay huh, sayang sekali wajah tampannya itu." Ucap Ino sedih, dibalas lirikan sinis dari calon suaminya.
Di dalam toilet Sasuke membasuh wajah muram dengan air wastafel. Ia mengumpat geram karena kemunculan berita-berita sampah tentang dirinya belakangan ini. Saat ia mengambil tisu, Tiba-tiba sebuah tangan lentik memeluk tubuh tegapnya dari belakang. Sasuke memberontak kasar berusaha melepaskan diri.
Ketika rengkuhan terlepas, ia segera menonjok pria berambut panjang yang berdandan bak perempuan tulen.
"Brengsek! Aku bukan gay keparat.." Sasuke terus menghajar pria paruh baya itu sampai babar belur. Setelah puas, si bungsu Uchiha meninggalkan lelaki itu sudah tak sadarkan diri.
"Kau lama sekali teme." Ujar sang sahabat mendongak ke arah Sasuke yang baru tiba.
"Aku habis bersenang-senang." Sasuke duduk menyeringai bak iblis membuat semuanya mengernyitkan dahi.
Hampir dua jam mereka habiskan di ruangan kedap suara untuk melepas penat. Beberapa kali dentingan gelas terangkat menyatu melayang di udara. Sasuke mengedarkan pandangannya. Menemukan kedua sahabat baiknya telah terkapar di meja berukuran besar. Hanya tersisa Gaara juga Sai yang masih tampak normal.
"Tidak memberi hadiah?" Singgung Sai to the point
"Ck, Ini." Pria yang dimaksud mengeluarkan kunci gold berlambang kipas dan melemparkan ke atas meja.
"Kado pertunangan. Aku duluan..."
Sasuke bangkit sendirian meninggalkan Sai, pria merah dan teman temannya yang sudah 'tertidur'
]
Cahaya matahari masuk dari sela kaca jendela kamar pria Uchiha yang masih tenggelam di alam mimpi. Hari ini ia memiliki jadwal terbang bersama teman dekatnya Sabaku Gaara. Perlu digaris bawahi bahwa anak pemilik saham terbesar di konoha itu hanya akan terbang dengan orang-orang pilihannya saja. Termasuk juga para kumpulan gengnya. Jika ia menemukan selain itu, maka pria itu akan membriefing mereka yang ia sebut manusia pengganggu dengan pertanyaan-pertanyaan menguras otak. Jika lolos maka dirinya akan mengijinkan mereka untuk terbang bersamanya. Dia sama sekali tak peduli bila dicap angkuh ataupun di anggap tidak punya hati.
Tok tok tok
"Sasuke, ayo bangun sarapan." Panggil seseorang dari balik pintu. Sasuke menggerakkan tubuhnya pelan dan mengusap wajah sebentar. Ia meraih smart watchnya diatas perkakas untuk mengecek pukul berapa sekarang. Sasuke menghela nafas, Dua jam lagi waktu yang dibutuhkan untuk bersiap-siap.
Pria maskulin segera beranjak dari kasur yang empuk, dan turun menuju ruang makan.
"Ohayou." Sambut kakak ipar Sasuke, Uchiha Izumi.
"Hn." Balasnya singkat, pria berwajah dingin itu bergerak mengambil nasi dan lauk yang dihidangkan.
"Hari ini kau aktifkan Sasuke? Sarapanlah dulu, nanti jangan lupa bawalah bekal untuk makan siang mu." Ucap Izumi mengingatkan adik iparnya. Ia melemparkan senyum manis saat adik suaminya terlihat lahap memakan masakannya.
"Ak-"
"Sayang, dia bukan anak kecil lagi. Jangan terus memanjakannya." Potong sulung Uchiha, kakak kandung Sasuke.
Izumi menoleh ke Itachi, suami yang baru di nikahi dua tahun lalu. Wanita lembut itu menggeleng pelan seolah memberi isyarat ke prianya untuk menutup mulut. Sasuke menatap tajam anikinya. Ia meremas gagang sendok yang ada di tangan kanannya. Mereka saling menatap penuh aura permusuhan.
"Kudengar kau bikin ulah lagi Sasuke." Suara berat Itachi menggema di ruangan.
"Jika kau penasaran. Bisa buka ponselmu bocah dan lihat berita sekarang!!!" Sambung sang kakak, terlihat kilatan amarah dimatanya.
Izumi bergegas menenangkan suaminya, mengelus dada Itachi agar pria itu meredakan emosi yang telah meletup.
Sasuke berhenti mengunyah. Ia melirik sekilas Itachi lalu suara deritan kursi mengintrupsi mereka, ya, Sasuke memutuskan melangkah pergi dari meja makan seperti tidak menganggap jika sang kakak ada.
"Memalukan! Pantas saja Ayah tidak menunjukmu memimpin perusahaan!!"
Langkah sasuke terhenti. Seumur hidup, ia tak pernah mendengar anikinya mengeluarkan kata menyakitkan seperti itu.
Kesalahan sebesar apa yang di perbuat si bungsu Uchiha sampai Itachi tega menusuk perasaan adik sedarahnya sendiri?
Dengan tangan mengepal kuat ia berlalu dari ruangan megah itu.
Sesaat, Tertangkap jelas disudut mata Itachi, adiknya sedang berusaha menahan untuk tidak menghajar wajahnya saat itu juga...
TBC
