Kondisi psikis pria Uchiha semakin hari semakin bertambah parah. Kalau saja ia tidak mengingat setiap detik berharga kenangan tentang mendiang ibunya, mungkin sekarang Sasuke sudah meminum racun untuk mengakhiri hidup.

Sasuke benci Itachi, dia benci menjadi Uchiha! terlebih lagi membenci Ayahnya sendiri juga salah satu perasaan yang sudah ia pupuk sejak lama.

Apa kata orang-orang? Harta yang paling berharga adalah keluarga? Omong-kosong!

Buktinya pria itu tidak pernah merasakan kehangatan sebuah keluarga. Bagi Sasuke sendiri, harta yang ia punya adalah teman-temannya dan sampai kapanpun takkan ada yang bisa menyingkirkan posisi itu di benak bungsu Uchiha ini.

Sasuke merogoh ponsel di saku celana. Mengecek berita apa yang di maksud kakaknya itu. Jari tangan bergerak cepat mengetik sesuatu dari layar handphone. Betapa terkejutnya dia saat membaca judul salah satu artikel yang membahas dirinya sedang bermesraan dengan seorang lelaki berambut panjang yang memeluk dirinya semalam di toilet.

Bahkan mereka menampilkan fotonya!

Shit

Mimik wajah Sasuke mengeras. Pantas saja Itachi murka seperti tadi, ternyata berita hoax itu sudah menyebar luas.

Siapapun orang dibalik ini semua, Sasuke tidak akan pernah mengampuninya.

"Juugo, cari pengganti ku sekarang. beritau kru lain aku tidak jadi terbang. Batalkan semua schedule ku untuk seminggu ke depan." Perintah Sasuke dari ujung telfon.

"Di copy capt."

Tutut

From : Sasuke

To : Gaara S

"Sepertinya kau harus mencari yang lain." Sasuke

"Oke." Gaara S

]

Senyum Tenten mengembang saat

mengecek nama Uchiha Sasuke hilang dari bagian kru penerbangannya. Ia sudah menduga itu saat membaca berita viral di sosial media pagi ini. Semalam gadis bercepol dua, memilih menginap di rumah calon adik iparnya, karena jarak dari rumah Hinata ke bandara hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit saja.

Terlihat Hinata sedang berkutat di dapur. Menyiapkan hidangan untuk sarapan pagi seperti sandwich,pancake, dan juga omelette sudah tertara rapi di meja. Ia tersenyum saat mendapati Tenten telah duduk di meja makan mengenakan seragam terbangnya.

"Uhm ini enak." Puji Tenten saat memasukkan pancake ke mulutnya.

"Tenten-Nee akan terbang kemana?" Tanya Hanabi sekedar berbasa-basi.

"Hari ini aku hanya dua landing saja kok Hanabi. Dari Konoha ke Oto lalu balik lagi." Jawab tenten bersemangat.

"Wah itu bagus. Berarti nanti Nee-san masih menginap di sinikan?"

"Tentu saja sayang. Oiya Hinata, apa kau sudah mendengar gosip terpanas?" Hinata mengernyitkan dahi. Ini masih pagi dan kekasih sepupu kandungnya malah membahas soal gosip?

"Maksud Nee-san apa?" Balas Hinata tak mengerti.

"Hah, kupikir kau sudah tau. Ini soal Anak pemilik saham. Si Uchiha Sasuke.

Berita mengatakan dia seorang gay dan dia tertangkap basah di toilet club sedang bermesraan dengan kekasihnya itu." Suara Tenten semakin lama semakin mengecil. Terdengar menjadi sebuah bisikan.

"Jika kau sudah mendapatkan Flight Attendant Sertificate mu jangan pernah berurusan dengannya di flops. Dia bukan manusia. Sudah banyak pramugari maupun pramugara yang resign karena tidak betah dengan ulahnya." Tenten memegang buku dan memperlihatkan sebuah catatan khusus yang ia tulis untuk selalu diingat oleh Hinata.

"Terdengar mengerikan. A-apa ini Nee-san?" Hinata meraih benda berwarna merah itu dari tangan wanita di hadapannya.

"Kau baca baik-baik. Aku menulis itu semua untukmu. Agar kau bisa berhati-hati saat sudah aktif terbang."

Gadis Hyuuga tertarik membuka sekilas untuk membaca isi yang tertera.

"Oh sial. Aku harus pergi sekarang. Takut macet Hinata." Ucap Tenten sedikit berlari untuk mengambil kopernya di kamar. Hinata beranjak mengekori dari belakang.

"Kau yakin tidak mau kuantar saja Nee-san?"

Tanya Gadis Hyuuga berjalan ke pintu ruangan depan bernuansa putih gading.

"Tidak perlu Hinata. Kalau Neji tau bisa habis aku. hehe. Aku berangkat dulu. Byebye." Dan mobil hrv silver berlalu dari halaman rumah.

]

Sepuluh menit bungsu Uchiha menanti kedatangan sahabat bodohnya. Ia menyuruh Naruto untuk menghampiri dirinya di sebuah coffe shop tak jauh dari kediaman Uchiha. Sesekali ia mengumpat kesal saat menggulir layar handphonenya kebawah.

Sialan!

Banyak pasang mata sedang melirik atau bahkan memperhatikannya dengan serius. Cih! Sebegitu terkenalnya kah dirinya hingga manusia-manusia kepo ini sampai merekam secara sembunyi-sembunyi.

"Hoii teme." Naruto menepuk bahu pria bertopi hitam dari belakang.

"Temani aku pergi dari tempat sialan ini!" Paksa pria Uchiha langsung pada intinya.

"He? Maksudmu apa teme! Yang benar saja. Aku baru tiba, tapi kau sudah mengajak pergi? Bahkan aku belum duduk!" Sasuke mengacak rambut frustasi. Heran kenapa bisa si bodoh ini lulus menjadi seorang co-pilot.

"Bukan dari tempat ini baka! Tapi keluar konoha!" Ia sedikit mengeraskan suara sampai beberapa tatapan asing melihat sinis kearahnya.

"Tapi kemana?" Tanya Naruto bingung.

"Kemana saja! Asal jangan di sini. Kiri atau Ame terserah!"

"Aneh sekali teme. Bukankah kau baru berlibur ke Oto. Kenapa ingin liburan lagi? Ya kau sih enak, anak pewaris sementara aku anak perintis! Lagian aku sudah ada jadwal hari ini. Nanti sore aku reserve, huh!" Oceh Naruto panjang kali lebar.

Sasuke memijit pelipis berusaha menetralkan pusing kepala yang mendadak menyerangnya.

"Jadi kau tidak mau?" Jujur saja dalam hati Naruto sedang berharap Sasuke untuk membujuknya secara lebih lembut bukan dengan memaksa seperti itu.

"Hm, bagaimana ya?" Naruto terlihat berfikir keras.

"Kalau kau tidak mau, aku akan mengajak yang-"

"Baiklah. Baik. Kapan kita akan berangkat?!" Sasuke menyeringai tipis seraya menyeruput kopi cappucino panas yang baru saja di antar oleh seorang pelayan.

"Besok pagi." Lanjutnya.

"Apa aku boleh mengajak Sakura-chan?"

Tanyanya lebih terdengar meminta izin.

"Hn. Terserah."

Bagus. Dengan begitu, Pria Uchiha bisa lebih leluasa untuk hidup tenang tanpa gangguan dari bedebah dan membiarkan berita murahan itu menguap dengan sendirinya.

TBC