Pesawat Konoha airlines telah mendarat di bandara kecil milik negara Amegakure. Dari arah luar, tampak pemandangan landasan pacu yang basah akibat curah hujan deras. Memang negara kecil ini terkenal karena menjadi satu-satunya tempat dimana tetesan air dari langit tidak akan pernah berhenti.

Sasuke menunggu sampai pesawat berhenti sempurna. Mereka bertiga mengulur waktu untuk keluar paling terakhir. Saat pintu pesawat sudah di buka, Pramugari sibuk mengucapkan farewell untuk para penumpang yang telah sampai di tujuan.

Tiga puluh menit berlalu, yang tersisa hanya pria Uchiha dan ke dua sejoli itu, Sasuke lantas berjalan ke depan menyeret kopernya yang tadi ia simpan di luggage bin.

"Selamat siang captain Sasuke." Sapa Temari, senior pramugari dalam penerbangan itu.

"Hn. Siang. Bisa panggilkan capt Asuma?" Pinta bungsu Uchiha to the point.

"Oh-"

Belum sempat menjawab, pintu kokpit sudah terbuka, memunculkan seorang pria paruh baya dengan cambang menghiasai wajahnya.

"Yo Sasuke. Kenapa tidak main ke dalam tadi?" Asuma memberi salaman ala crew dan di balas oleh si anak pemilik saham.

Kemudian Naruto menyusul ke depan dengan Sakura yang sedang ia rangkul.

"Loh? Naruto kau juga di sini?" Pria itu sedikit kaget karena tidak menyadarinya.

"Hehe aku dan teme kan tidak bisa di pisahkan capt!" Balasnya cepat.

"Harusnya kalian bisa duduk di kelas bisnis." Temari melirik Asuma yang seperti mengerti maksud perkataan sang captain.

"Tidak perlu repot-repot capt." Ucap Sasuke datar.

"Bisnis penuh capt. Tadi sudah aku tawarkan ke capt Sasuke, tapi di tolak." Jawab Temari mencoba menjelaskan.

"Oh begitu... Jadi kalian akan menginap berapa hari? kebetulan kita juga RON di sini, besok sore baru berangkat lagi."

Mendengar penuturan Asuma, Sasuke menyunggingkan senyum tipis. Ia senang, dengan begitu seharian ini tidak perlu lagi menjadi obat nyamuk di antara Naruto dan Sakura.

"Kami menginap seminggu. Di hotel biasa kru menginap capt. Hehe." Sambung Naruto memamerkan cengirannya.

"Baiklah kalau begitu sampai bertemu di sana." Asuma mengakhiri perbincangan singkat mereka.

]

Hari ini, Gadis Hyuuga memiliki janji dengan Matsuri yang kini telah menjadi teman seangkatannya. Mereka akan bertemu di sebuah cafe yang terletak di pusat kota. Ia terlihat mengenakan atasan lengan pendek putih polos dengan rok span selutut berwarna cream. Rambut indigo yang kian panjang ia biarkan tergurai. Make-up tipis yang terpoles di wajahnya semakin mempercantik penampilannya.

Ia menuruni anak tangga menuju ke halaman tempat mobil terparkir. Ia mendapati sepupunya sudah menunggu di sana.

"Neji-Nii biarkan aku menyetir sendiri." Hinata melirik sebal ke Neji yang sudah menggeleng-gelengkan kepala.

"Tidak Hinata. Aku yang akan mengantarmu." Tolak Neji langsung merebut kunci dari tangan Hinata.

Huh. Lagi-lagi Neji bersikap over protektif terhadapnya.

"Aku sudah berumur 20 tahun Nii-san. Jangan selalu memanjakan diriku. Bagaimana jika aku sudah mulai kerja nanti, Apa kau akan menyusulku terus?! Huh." Protes gadis berponi rata.

Neji tidak menggubrisnya. Ia berpura-pura tuli, lalu mengecek dari atas sampai bawah penampilan sang adik sepupu.

"Bajumu sedikit ketat, kau harus menggantinya."

Hinata menepuk jidat. Ia pikir penyakit Neji sudah sembuh setelah lama berada di Oto, ternyata makin parah saja.

Dengan raut wajah kesal ia segera masuk ke dalam mobil tanpa memperdulikan Sepupunya yang asyik mengoceh.

"Stt, diamlah Neji-Nii. Matsuri sudah menunggu. Ayo jalan!" Paksa Hinata.

"Hanya berdua saja ingat? Tidak boleh ada makhluk yang bernama laki-laki. Kau mengerti?"

"Hm." Jawab Hinata seraya membuang muka.

]

Tittt

Ceklek

Cardlock di tempel, tak lama Pintu kamar hotel terbuka, pria Uchiha masuk, meletakkan koper di sembarang tempat. Rasanya perjalanan kali ini membuat tubuhnya remuk. Ia langkahkan kaki masuk ke toilet, membasuh wajahnya yang semakin hari terlihat kusut. Rencananya ia akan menghabiskan waktu dengan tidur sampai petang. Lalu malam hari, ia akan keluar bersama dengan kru Asuma.

Sahabat dan calon kekasih sahabatnya saat ini tengah menikmati waktu bersama-sama di kamar sebelah. Mereka berdua bagai lem dan prangko yang selalu saja menempel satu sama lain. Tch.

Mengapa ia terus-menerus di kelilingi oleh orang-orang seperti itu? Dari dulu hingga sekarang, Sasuke belum pernah merasakan apa yang disebut dengan pacaran? Ia tidak tau dan tak pernah tertarik untuk mencobanya. Saat masih di SMA dulu, banyak gadis-gadis yang begitu menggilai sosoknya. Ada yang sampai nekad menunggu dua hari di luar rumahnya hanya untuk mengungkapkan perasaan? Sungguh lucu sekali jika di ingat-ingat. Tapi apapun itu, Sasuke tidak akan pernah bisa merasakan yang namanya jatuh cinta. Karena baginya cinta itu hanyalah omong kosong belaka.

Bukan tanpa sebab ia menyimpulkan seperti itu. Alasan yang paling masuk akal karena ia sering di sugguhkan oleh pemandangan perselingkuhan di depan mata hampir setiap hari. Melihat teman-temannya begitu romantis dengan pasangan mereka, lalu secara sembunyi-sembunyi one night stand dengan wanita yang mereka senangi. Tidak usah jauh-jauh, pemandangan Ayahnya yang bercumbu dengan sekretaris pribadi saja sudah cukup menjadi bukti bahwa cinta hanyalah dongeng pengantar tidur.

Abaikan soal cinta, bahkan ia tidak pernah melirik satupun wanita yang berada di tempat kerjanya. Memang ada satu yang pernah ia puji cantik, yaitu Shion, salah satu pramugari yang cukup terkenal. Ia tidak menampik bahwa wanita itu memang cantik dan pas dengan typenya. Tapi ia mengurungkan niat untuk mencoba mendekatinya karena ternyata wanita itu bukanlah perempuan baik-baik.

Hampir setiap pilot yang terbang dengan si bungsu Uchiha, pasti selalu membicarakan tubuh Shion yang sudah di pakai alias menjadi piala bergilir. Entahlah setelah mendengar itu Sasuke langsung merasa ilfeel, lebih tepatnya miris, karena dari tampang wanita itu tidak menunjukkan sedikit pun wajah seorang wanita nakal. Ia begitu pintar menyembunyikannya.

Sasuke bukan tidak ingin menikah, ia juga ingin membangun sebuah keluarga kecil yang harmonis. Itu adalah salah satu impian terbesarnya. Ia tidak akan sudi membiarkan anaknya merasakan apa yang ia rasakan saat ini. Kesepian dan hampa selalu menghiasi hari-hari membuat dirinya kian muak.

Siapapun yang menjadi istrinya kelak, ia akan membahagiakannya sepenuh hati, ia tidak mau menjadi pria brengsek seperti Ayah ataupun kakaknya. Ia harus memutuskan rantai itu sebagai janji kepada mendiang ibunya yang sangat ia sayangi.

Ting tung

Suara bel berbunyi membuyarkan lamunan pria Uchiha. Ia segera membuka pintu dan melihat Naruto sudah melemparkan cengiran khasnya.

"Hehe, Teme. Kau belum tidur kan?"

Sasuke memutar bola matanya.

Apalagi mau si bodoh ini?

"Hn, ada apa?"

Pria berambut pirang sedikit ragu untuk mengatakannya. Ia terlihat berpikir sebentar. Tch

"Bisakah kau memakai otakmu sekali saja? Katakan apa perlumu!"

"Isss. Tidak usah marah-marah begitu teme." Ujar Naruto mengurucutkan bibir.

"Makanya cepat katakan, baka. Aku sudah mengantuk!" Paksa Sasuke sedikit berteriak.

"Baiklah. Begini teme, apa kau punya mm ... Kondom?" Bisik Naruto memasang tampang polos tak berdosa. Hening beberapa saat sampai suara bantingan pintu mengarah ke wajah bodoh Naruto.

Brakkk

TEME!!!!

]

Entah sudah yang keberapa kali Hinata menghembuskan nafas gusar. Ia memang tengah bertemu dengan Matsuri, tetapi gestur tubuhnya tidak terlihat nyaman sama sekali. Terbukti saat Gadis berambut pendek sebahu bercerita, ia tidak terlalu fokus mendengarkan. Bagaimana tidak? Ini karena ulah sepupunya yang terus saja memantau setiap gerak-gerik dirinya. Hinata melirik Neji yang tadi memutuskan ikut masuk ke cafe dan duduk tepat di belakang Matsuri.

Serius, ia akan di perlakukan begini terus? Hufft. Rasanya Hinata ingin segera menekan tombol surrender saja. Ia tau jika Neji melakukan itu semua karena merasa khawatir dan tidak mau sampai ada sesuatu yang menyakiti dirinya. Tetapi tetap saja, ia juga ingin merasakan sesekali hidup tidak di kekang.

"Ta- Hinata?" Gadis berambut cokelat menggerakan tangannya ke depan wajah gadis Hyuuga. Hinata tersentak dan tersenyum kikuk.

"Kau tidak mendengarkan ceritaku!"

"An-ano Matsuri-chan maaf. Kau bilang apa tadi?" Ia kembali ke kesadaran penuh.

"Aku bilang sedikit lagi aku akan bertemu Gaara Ta. Cinta pertamaku sejak dulu!!. Ahh kau tidak bisa bayangkan gimana bahagianya aku." Matsuri bertopang dagu seraya menerawang jauh ke depan.

Cinta pertama ya? Ternyata Matsuri hampir mempunyai kisah yang sama seperti dirinya. Ia pun sedang menantikan Cintanya terbalaskan oleh pria Uzumaki. Bagi Hinata pribadi, cinta adalah sesuatu yang nyata dan berharga dalam hidupnya. Ia sangat mengerti apa itu cinta, karena setiap hari ia sering melihat di sekelilingnya bagaimana orang-orang saling mencintai. Cara Neji menjalin hubungan dengan Tenten adalah salah satu definisi cinta sejati. Ia takjub karena bertahun-tahun LDR, tapi tidak pernah terdengar kata putus ataupun mendua. Mereka tetap menjaga erat ikatan cinta itu. Lalu ada juga Ayahnya yang lebih memilih menduda sampai tua dari pada harus menikah lagi, hanya karena terlalu mencintai sosok mendiang ibunya. Padahal ia sudah tiada sejak Hinata masih kecil. Betapa keajaiban cinta membuat Hinata sangat yakin bahwa perasaannya ini suatu saat nanti akan di sambut dengan baik oleh Naruto.

--

Drtt drrtt

"Hm."

"Teme turun cepat. Capt Asuma dan yang lain sudah kumpul di bawah."

"Hn."

Tutut

Pria Uchiha mengusap wajah setelah terbangun dari tidur singkatnya. Ia segera mengganti baju dan berlalu dari kamar.

TBC.

NB : Dua chapter lagi Sasuhina berinteraksi. Guyss bagus gasih ceritanya apa b aja?

Terimakasih udah berkenan baca ya, aku senang kalau ada yang mau baca cerita ini. Tapi don't take it seriously, karena ini cuma ff.

Kalau ada kesalahan mohon di koreksi ya manteman. Aku baru soalnya nulis, ini juga iseng-iseng aja kok.