Au

Sasuhina

skip

Happy reading

~ ~ ~ ~

Ting

Pintu lift terbuka, Sasuke melangkah ke lobby hotel. Di sana sudah terlihat kru dan juga sahabatnya menunggu kedatangannya. Ia mendekati mereka yang sedang duduk.

"Teme sini!" Seru Naruto yang pertama kali menyadari sang sahabat.

Semua mata teralih memandangnya. Ia mengernyitkan dahi. Ternyata Sasori juga ada di situ. Ia mengenal satu persatu wajah kru-kru itu. Dan mereka mulai berdiri untuk memberi salam padanya.

"Selamat malam capt Sasuke-san." Ucap Kabuto, Kiba, dan juga Shion yang menjadi pramugara serta pramugari dalam penerbangan tadi.

"Malam."

"Yo Sasuke." Sapa Sasori tersenyum simpul.

"Hn." Ia mengamati Shion di rangkul mesra oleh pria berambut merah.

"Kemana kita akan pergi?" Tanyanya langsung.

"Kita makan di restaurant shabu dekat dari sini capt." Balas Temari.

"Yasudah, yuk berangkat." Ajak Asuma memberi aba-aba.

Setelah tiba di tempat yang di tuju, mereka memesan satu ruangan khusus untuk digunakan makan dan juga karoekean. Rombongan itu menuju lantai atas untuk access masuknya.

Sasuke semula merasa biasa-biasa saja, sampai ia menyadari satu hal. Mengapa mereka semua sibuk dengan pasangan masing-masing?

Ia melirik di depannya Naruto dan sakura bergandengan tangan, lalu Sasori dan Shion saling merangkul, Asuma bersama Temari berbincang-bincang dan err tersisa dirinya, Kabuto, Kiba di belakang.

Tch. Ia melirik sekilas pria kacamata yang secara kebetulan juga memandangnya. Sasuke paham betul, lelaki di sampingnya ini tidak selera pada wanita, ia hanya tertarik dengan sesama jenis. Mungkinkah mereka juga tengah menjalin kasih?

Ia alihkan netranya ke arah Kiba yang memasang tampang bosan. Tidak mungkin. Lelaki itu tidak terlihat seperti wajah-wajah penyuka batangan. Sasuke mendengus, kenapa ia malah memikirkan hal yang sangat konyol begini!!

Kembali fokus ke depan, memasuki ruangan bernuansa cokelat. Meja dan kursi sudah tertata rapi lengkap dengan peralatan makan. Ia mengambil tempat di samping Naruto yang sudah terlebih dulu duduk.

Para pelayan mulai memberi buku menu dan mencatat pesanan mereka.

Sudah menjadi tradisi umum dalam dunia pekerjaan mereka, jika sedang menginap di suatu negara ataupun daerah, sebagian besar akan memilih keluar bersama rekan-rekannya untuk menjalin erat tali kekeluargaan. Itu sudah turun-temurun di lakukan dari dulu hingga sekarang. Jadi tidak aneh lagi jika mereka terlihat makan bersama seperti saat ini.

--

Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Sama seperti perlakuan Neji kepada Hinata adik sepupunya. Gadis Hyuuga itu jengah setengah mati karena Neji tidak pernah berhenti mengekorinya sampai ke dalam rumah. Tenten yang duduk di sofa hanya menggeleng kepala melihat pertikaian kecil yang sedang berlangsung.

"Apa Nii-san pikir aku masih anak bayi yang butuh pengawasan 24 jam? Berhenti mengikuti ku Nii-san!" Ia menghentakan kaki dengan kasar.

"Tentu. Selamanya kau adalah bayi besar untukku Hinata." Lagi, jawaban mengesalkan keluar dari mulut sepupunya itu.

"Semuanya tidak boleh. Bahkan bertemu Matsuri sebentar, kau pun curiga. Kenapa kau tidak menikahi ku saja biar kau puas!!" Hinata berteriak sangat keras.

Tenten lekas menghampiri, untuk menengahi pertengkaran dua kakak beradik itu.

"Aduh sudahlah kalian berdua. Jangan ribut terus."

Hinata memutuskan mengakhiri perdebatan. Ia segera berlari cepat menaiki anak tangga. Perempuan bermata pucat itu akan melakukan mogok makan untuk menyadarkan sang kakak sepupu dampak perbuatannya.

"Bukankah kau sedikit kelewatan sayang? Maksudku, Hinata kan sudah besar, dia juga berhak untuk menikmati kehidupannya dengan teman-temannya." Tenten berusaha memberi masukan. Ia memang mengerti alasan Neji melakukan itu semua semata-mata agar Hinata tidak salah pergaulan. Kekasihnya tidak ingin sampai Hinata yang berhati polos, teracuni oleh kehidupan dunia yang kotor.

"Aku melakukan sesuai tugasku sayang. Dia masih tanggung jawabku." Neji tetap pada pendiriannya. Ia melangkah pergi dari tempatnya berdiri. Tenten menghela nafas. Ia juga tidak punya hak untuk ikut campur terlalu dalam mengenai masalah keluarga kekasihnya.

--

Kegiatan mengunyah berganti dengan suara nyaring membahana membuat suasana di ruangan menjadi riuh. Sasuke duduk bersandar pada sofa hitam yang memanjang luas. Lampu kerlap-kerlip berputar menghiasi seluruh ruangan yang minim pencahayaan itu. Mereka asyik dengan kegiatan masing-masing. Temari dan Asuma sibuk berbincang, Sakura dan Naruto tengah bermesraan di pojokan, Kabuto, Kiba, Shion saling berebut mic untuk bernyanyi, dan terakhir Sasori yang sedari tadi mencoba menawarkan kepada lelaki Uchiha untuk bermalam dengan gadis kenalannya.

"Kau tidak akan menyesal. Dia sangat cantik. Kau pasti akan terpuaskan." Kata Sasori sambil meneguk whisky dari gelasnya.

"Tidak, terima kasih." Tolak Sasuke mentah-mentah.

"Begini Sasuke. Kau kan sedang menghindari rumor yang menyebut dirimu ee itu kau taulah maksudku. Jadi mengapa tidak mencoba sekali untuk membuktikan bahwa berita itu tidak benar?" Hmm ya, tidak salah tapi tidak bisa di benarkan juga. Bagaimanapun, Sasuke sudah berjanji pada Ibunya untuk tidak melakukan hal-hal yang mirip seperti kelakuan ayah maupun kakaknya.

"Aku bisa mengatasinya sendiri."

"Ayolah Sasuke. Kau harus mencoba seks sekali dalam hidupmu. Dijamin kau akan ketagihan. Seperti kata kebanyakan orang, awalnya saya cuma coba-coba, loh, tapi kok enak, akhirnya saya jadi keterusan

Hahaha." Tawa Sasori menggelegar di dalam ruangan kedap suara.

"Ya pasti aku akan mencoba itu bersama istriku nanti." Balas Sasuke malas. Ia melirik Sasori yang sudah menghentikan tawa mengerikannya.

"Ck. Pria macam apa kau ini. Sekarang sudah tidak jaman bercinta hanya pada satu wanita Sasuke. Apalagi itu istrimu sendiri. Terdengar basi sekali." Sasori menghisap ujung Vape sesaat dan kepulan asap keluar dari mulutnya.

"Aku tidak tertarik mengikuti zaman yang di isi oleh manusia-manusia tidak waras."

Percuma saja, mau berapa puluh kali Sasori melayangkan jurusnya, seorang Uchiha akan tetap pada pendiriannya.

"Kau lelaki yang cukup langka. Ku

lihat kau tidak menyentuh rokok, obat-obatan, seks, kau hanya menyentuh alkhohol, apa tidak bosan? Wanita adalah surga dunia Sasuke. Kau harus memasuki surga sekali dalam hidupmu tanpa harus menikah terlebih dahulu." Tampaknya Pria berambut merah masih berusaha keras bak sales kerja target.

"Tch. Maka biarkan aku memasuki surga yang lain, dari pada surga dunia yang kau banggakan itu!" Emosi Sasuke mulai terpancing.

Akhirnya Sasori menyerah, ia memilih pergi untuk bergabung dengan Shion.

Drrt drrt

From : Itachi U

To : Sasuke Uchiha

Selesaikan urusanmu Sasuke.

Cih. Merusak suasana saja.

--

"Aku ingin uhsjkk." Di koridor hotel dua sejoli berambut terang, sudah mengalami mabuk berat. Mereka saling membopong satu sama lain dan tertawa seperti orang gila. Sasuke hanya menatap malas, dan berjalan melewati keduanya.

"Oi Sasuke. Kau yakin tidak mau? Atau kau bisa join bertiga dengan kami. Shion tidak keberatan. Hehe iyakan sayang." Sasori mulai menciumi tengkuk sang wanita dengan penuh nafsu.

Sasuke menggerakan tangan sebagai isyarat tanpa menoleh sedikitpun, ia berjalan terus memasuki kamar lalu membantingnya kasar.

Sialaann. Kenapa dirinya terus berhadapan dengan makhluk tidak normal!!

--

Sehari sebelum kegiatan training di mulai, gadis Hyuuga sibuk membereskan barang-barang yang akan dibawanya besok. Baju, sepatu, tas dan beberapa dokumen ia letakan diatas meja belajar dikamar nya. Sambil menikmati kue cinnamon roll yang ia pesan online beberapa jam yang lalu. Memang sudah berhari-hari ia tidak mau untuk menyentuh makanan yang dimasak di rumah, itu karena gadis ini masih sangat kesal dengan sang kakak. Jadi dia memutuskan memesan makanan secara diam-diam.

Tok

Tok

Tok

"Hinata, ayo makan malam." Panggil Pria berambut panjang.

"Tidak mau. Neji-nii harus meminta maaf dulu." Sahut Hinata memaksa.

"Aku melakukan itu demi-"

"Demi kebaikan mu agar kau tidak terjerumus kepergaulan yang salah. Aku sampai hapal Nii-san." Timpal gadis bermata pucat menirukan kalimat sang kakak.

Huft. Baik Neji akan melakukan cara terakhir.

"Baiklah kalau begitu. Sepertinya aku tidak di butuhkan lagi dirumah ini. Besok aku akan kembali ke Oto dan tak akan pernah menginjakkan kakiku lagi di sini."

Mata pucat gadis Hyuuga membola sempurna. Bukan itu keinginannya. Seburuk-buruknya kelakuan Neji, bukan berarti Hinata akan senang jika kakaknya pergi dan tidak mau lagi menetap di sini.

"Kalau tidak ada jawaban, berarti aku menganggapnya ya.."

Cekleekk

Suara pintu terbuka terdengar, Neji menaikkan sudut bibirnya saat itu juga. Ia paling tau kelemahan adik sepupunya yang satu ini. Pastilah Hinata tidak akan pernah tega membiarkan sang kakak pulang dengan hati kecewa.

"Ma-maaf Nii-san. Ak-aku harusnya tidak bertindak kekanakan." Ungkap Hinata menyesali perbuatannya.

Dalam hati Neji tertawa senang, karena dengan begini Hinata tidak akan pernah membantah perkataannya lagi.

"Tidak apa-apa. Ayo turun kita makan dulu. Tenten, Hanabi sudah menunggu."

Ya, drama keluarga kecil itu pun berakhir dengan damai, walaupun memakai sedikit cara licik.

--

Jika liburan bisa menghilangkan penat, maka lain hal dengan si bungsu Uchiha. Menurutnya liburannya malah menambah seratus kali lipat penat di hidupnya. Ini semua karena seminggu penuh ia habiskan dengan pergi sebagai obat nyamuk menemani pasangan yang sedang dimabuk kasmaran. Harusnya ia tidak usah mengajak baka Naruto, ikut ahh sial.

Tiada hari tanpa mengeluh. Begitulah motto hidup Sasuke sekarang. Dengan langkah gusar ia menderet koper kembali ke rumahnya yang sangat tidak ia rindukan.

"Tadaima." Ucapnya lesu.

"Okaeri Sasuke. Sudah pulang? Makan malamlah dulu. Nee-san sudah memasak sup tomat kesukaanmu bersama bibi Chiyo." Ucap Izumi menyambut sang adik ipar di pintu dengan senyuman manis.

"Hn."

Sasuke melongos masuk tanpa membalas maksud baik Izumi. Wanita itu menghela nafas, usahanya dalam mendekatkan diri dengan adik ipar ternyata belum juga membuahkan hasil.

--

Hari pertama Hinata melaksanakan kegiatan trainingnya di Konoha training center atau di singkat dengan KTC. Ia mengenakan baju formal bersama Matsuri berjalan menuju gedung tempat dimulainya sesi kelas. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling lokasi, beberapa orang tampak menggunakan baju seragam pilot maupun pramugari berlalu lalang memasuki gedung besar berlambang kipas.

Pukul 9 pagi ke dua gadis itu memulai awal pelajaran mereka sebagai seorang calon pramugari, ia akan menempuh pendidikan selama kurang lebih dua setengah bulan, di lanjut sampai ia lulus ujian kelayakan terbang dan mendapatkan certificate nya.

--

Situasi di area kerja Sasuke kembali kondusif. Berita mengenai dirinya sudah tidak pernah tersiar lagi, begitulah informasi yang ia dengar. Ia sedikit lega akan hal itu. Ia berjalan memasuki bandara menuju ke ruangan flops, tempat dimana rekan-rekan kerjanya berkumpul. Dirinya tidak sendiri, bersama dengan pemuda pemalas Shikamaru pergi untuk melaksanakan reserve 2 yang sudah di jadwalkan sehari sebelumnya. Terdengar suara menguap beberapa kali dari mulut pria jenius itu. Memang tugas mereka kali ini sungguh amat membosankan. Kau hanya akan duduk sepanjang hari menanti jam pulang dengan obrolan tidak penting.

Sesampainya di dalam, Sasuke meletakkan koper dan pergi keruangan kecil tempat para pilot berkumpul. Saat wajahnya terlihat disana, mereka semua yang sedang melakukan kegiatan mendadak berhenti, dan membungkuk sebentar kepada anak pemilik saham. Sasuke heran, padahal ia tidak pernah meminta mereka melakukan itu semua, entah ide darimana dan terlihat sangat konyol sekali. Mungkin si Fugaku bapak tua gila hormat itu yang mencanangkan hal menggelikan ini.

"Aku mau beli kopi. Kau mau ikut?" Ujar Shikamaru melirik sahabatnya.

"Tidak. Aku titip saja."

"Oke."

--

Kelas pun selesai tepat pukul lima sore. Hinata bertugas untuk mengantarkan absen ke kantor yang terletak di gedung sebelah. Ia meminta Matsuri untuk menemaninya. Saat mereka hendak menaiki tangga, Hinata tidak sengaja menjatuhkan kertas itu kelantai, ia berusaha keras untuk berjongkok tapi karena roknya sangat ketat ia jadi sedikit kesusahan, lalu sebuah tangan tiba-tiba menyambar kertas itu, ia mendongak seraya bergerak ke posisi semula. Seorang pria berambut putih acak dengan iris biru kini berdiri di hadapannya.

"Kau menjatuhkan ini." Kata Pria itu seraya menyerahkan kertas kepada Hinata.

"Ah maaf sudah merepotkan. Terima kasih atas bantuannya." Ucap Hinata membungkukkan badan.

"Kau seorang Hyuuga? Senang berjumpa denganmu. Aku Toneri Otsutsuki." Pria berseragam pilot mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"E-eh? Yaa. Aku Hinata Hyuuga. Senang berjumpa dengan mu Toneri-san."

Matsuri yang menyaksikan itu hanya tersenyum kecil, belum apa-apa rekannya ini sudah dapat berkenalan dengan pria tampan saja.

"Hinata kita harus cepat soalnya kantornya takut tutup." Matsuri segera menarik Hinata untuk mengikutinya. Mereka meninggalkan sang pria misterius yang masih melihat kepergian sang gadis.

"Hyuuga." Gumamnya pelan.

TBC.

Sasuhina chapter selanjutnya.

Makasih banyak yang sudah berkenan baca, vote, ataupun komen. Kalian baik-baik banget.

Lophh

Nb : oiya sifat sasuke itu terinspirasi dari pengalaman aku sendiri ya. Jadi ga semua pilot itu gila perempuan...

Reserve itu istilahnya menunggu dibandara tidak terbang, untuk sebagai cadangan menggantikan kru yang tidak bisa hadir menjalankan tugas terbangnya.