Lorong pesawat yang tadinya kosong, kini mulai di isi oleh beberapa manusia, Hinata terlihat berdiri di aisle sambil membentuk tangan namaste untuk menyambut datangnya penumpang. Memang ini bukan pertama kalinya ia melakukan itu, pada saat flight training bulan lalu, ia juga sudah belajar bagaimana etika yang baik dalam melayani penumpang.

"Selamat pagi, Konoha air tujuan Iwagakure." Ucapnya sambil tersenyum manis.

"Permisi. Kalau kursi nomor 9A dimana letaknya?" Tanya seorang pria berkacamata.

"9A ada di depan disebelah jendela. Anda kelewatan, di sebelah kiri anda mengikuti arah pesawat." Balas Hinata ramah.

"Aa. Baik terima kasih."

Setelah 15 menit menyambut para penumpang, Hinata bergegas merapikan bagasi atas dan menyusun berbagai macam koper dengan rapi. Lalu ia diminta Kiba untuk menjaga bagian belakang sementara, lelaki itu akan melakukan penghitungan jumlah penumpang menggunakan counting check. Hinata bisa merasakan hembusan angin dari luar masuk ke area tersebut karena pintu pesawat untuk cathering belum ditutup. Itu akan menjadi bagian dari tugasnya, karena pintu kanan itu adalah tanggung jawabnya. Tak menunggu lama, sang senior muncul dan memberi kesempatan gadis Hyuuga untuk menutup pintu.

"Sudah clear Kiba-san."

"Check." Kiba sebagai saksi memperhatikan Hinata mulai menekan guslock, menarik handle pesawat ke dalam dan mulai menutupnya penuh dengan menarik tuas ke bawah.

"Good. Oh iya Hinata, penumpang hanya 50 saja. Tinggal menunggu 3 orang lagi. Bisnis kosong. Spesial pax juga tidak ada. Kau boleh duduk dulu jika lelah. Hehe." Uhh, ternyata pria ini tidak buruk juga. Hinata sudah terlanjur berpikiran negatif saat di awal bertemu dengannya di flops.

"An-ano terima kasih banyak Kiba-san." Hinata tidak akan berhenti mengucapkan itu, karena mendapat senior yang baik di tempat kerja adalah sesuatu yang harus di syukuri.

"Tidak perlu kaku begitu Hinata. Pekerjaan harus dinikmati agar kau tidak stress. Bagaimana tadi capt Sasuke, apa saja yang ditanyakan kepadamu?" Kiba memulai obrolan sembari menunggu sisa penumpang yang belum tiba.

"T-tidak ada Kiba-san. Capt Uchiha-san hanya menyuruh untuk terbang dengannya selama lima hari berturut-turut." Kata Hinata menampilkan mimik sedih.

Kiba menggeleng kepala menatap juniornya seolah yang didengarnya adalah sesuatu yang langka.

"Setau ku capt Sasuke tidak pernah begitu. Yang paling parah kau langsung mendapat surat peringatan 3, dan di panggil HRD. Lalu dia akan terus menekan mu sampai kau mengundurkan diri dengan sendirinya." Hinata tidak mengerti sama sekali. Maksudnya apa?

"Jadi kau harus hati-hati Hinata. Kemungkinan dia ingin 'melukai' dirimu."

Hah? Tunggu dulu!

"Me-melukai ku?" Rasanya produksi air liur Hinata kian bertambah banyak.

"Ya. Dari dulu capt Sasuke memang tidak bisa ditebak. Moodnya suka berubah-ubah, sama seperti isi rekeningku. Hehe." Mereka berdua mulai mengakrabkan diri satu sama lain. Larut dalam percakapan di balut candaan, sampai keduanya tidak sadar jika penumpang yang ditunggu sudah masuk semua.

"Pax complete." Terdengar suara feminim menggema di pesawat. Mereka segera bersiap-siap menunggu command dari sang captain.

"Cabin crew close doors arm n cross check." Pintu pesawat yang semula di posisi disarmed mereka ubah ke posisi armed.

Mereka mulai berbaris di depan untuk memperagakan alat keselamatan penerbangan. Bersamaan itu pesawat mulai mundur dan berjalan pelan menuju runway. Setelah semua selesai, keduanya memastikan penumpang duduk dan sudah memakai sabuk pengaman dengan benar. Lalu Kiba maupun Hinata bertemu dengan sang Senior di depan.

"Cabin ready Karin-san." Lapor mereka berbarengan.

"Ready." Karin mengikuti juniornya kebelakang lalu mengecek semua sudah terkunci dan aman.

"Jangan lupa one minute silent review anak baru." Perintahnya dengan menunjuk Hinata.

"Ha'i." Sahut Gadis Hyuuga. Wanita itu lekas berjalan kembali ke depan.

Dengan mesin pesawat yang memburu, Hinata dan Kiba duduk di jumpseat masing-masing lalu mengenakan sabuk pengaman dan shoulder hardness mereka. Cahaya lampu disekitar mulai di redupkan. Dan inilah saatnya waktu take off dimulai.

"Flight attendant Take off station." Suara Naruto terdengar memberi aba-aba.

Akhirnya pesawat dengan kecepatan penuh bergegas meninggalkan landasan pacu dan mulai menapaki langit. Ya, setidaknya Hinata merasa aman dan tenang, karena Naruto sang pujaan hatilah yang membawa burung besi ini untuk terbang. (Ehem, si ayam di lupain nat)

--

Sulung Uchiha tampak kembali kerumah setelah puas menyelesaikan aktivitasnya.

Pria itu dengan santai membuka pintu lalu menaiki tangga rumah yang didesain modern. Ia menghampiri pintu gelap yang terletak di sudut ruangan lantai dua. Tidak seperti biasanya, wajahnya yang dingin sedikit melunak pagi ini. Itachi pun lekas memasuki kamar. Ia melihat istrinya masih tertidur di ranjang. Pemuda berambut sebahu merebahkan diri tepat di sisi Izumi. Ia mulai merengkuh tubuh kurus sang istri, dan mencium puncak kepalanya.

"Sayang, aku pulang." Bisiknya singkat.

Tidak ada reaksi apapun. Mungkin istrinya ini sangat kelelahan karena terus-menerus bersikeras untuk melakukan tugas rumah tangga, tanpa mau dibantu oleh para pelayan.

"Kau tidak merindukan suamimu?"

Padahal, Izumi sengaja untuk tidak membuka mata. Ia sudah tau alasan mengapa suaminya terlambat pulang. Wanita berparas teduh ini menahan diri untuk tidak meluapkan emosinya saat itu juga. Ia tetap tidur dan membiarkan sang suami memeluk tubuhnya.

--

Makanan untuk penumpang sudah selesai dibagikan. Hinata dan Kiba menarik trolley kebelakang untuk menyimpannya kembali ke tempat. Mereka mengambil bekal makan siang yang tadi disimpan ditempat penyimpanan berukuran kecil. Gadis Hyuuga mencoba menawarkan makanannya dan disambut baik oleh seniornya. Mereka kembali berceloteh riang, hingga tak terasa waktu landing tersisa 50 menit lagi.

"Hinata aku harus ke depan, cek cabin." Ujar Kiba kembali memakai jas hitam yang tadi ia lepas ketika service.

"Tidak. Biarkan aku yang melakukannya Kiba-san." Hinata dengan cepat menarik tangan Kiba yang hendak melangkah.

Bukankah tidak etis melihat senior mu yang menggantikan tugasmu. Jadi Hinata beranjak menuju ke area depan cabin. Disana ia menangkap sosok Karin dan Karui tengah berbincang-bincang. Mereka berleha-leha karena penumpang bisnis tidak ada.

"Eh Hinata. Kebetulan. Kau di cari captain tuh." Ucap wanita berkulit sawo matang. Karin yang semula tidak acuh menjadi tertarik mengamati wajah gadis lugu itu.

"Hinata... kau... Ada hubungan apa dengan cpt Sasuke?"

Gadis Hyuuga cepat menggerakkan tangan sebagai tanda menyanggah pertanyaan Karin.

"T-tidak ada Karin-san. Mungkin Cpt mau membriefing lagi." Sahut Hinata mengarang cerita. Jika sampai Nenek sihir ini tau kalau Sasuke memaksanya untuk terbang bersama sampai lima kali, bisa habis dirinya. Jadi lebih baik mencari aman saja.

"Oh. Yasudah sana masuk." Suruhnya bak pemilik maskapai.

Titititit

Hinata menekan tombol, lalu tak berapa lama pintu tersebut terbuka. Ia masuk dan menutupnya segera.

"Mmm.. hai Hinata. Sudah makan? Maaf ya aku makan sendirian hehe. Kau mau tidak, biar aku suapin?" Kata Naruto menawarkan dengan polosnya.

Tentu. Tentu saja sayang. Ayo suapin akuu. Ayolahh!!! Batin Hinata meraung ingin mengatakan Yaa!

"Iy-"

"Dobe.. kau makan di luar sana!" Pria Uchiha memotong percakapan itu seraya melirik sahabat bodohnya yang masih asyik mengunyah.

Jedarrr

Batin Hinata mendapatkan serangan petir kembali. Mengapa lelaki yang memakai bar 4 ini sangattt menjengkelkan sekali?

Harusnya dialah yang keluar untuk memberi kesempatan Hinata agar bisa berduaan bersama sang calon kekasih.

"Dobe, Aku tidak suka mencium bau makanan mu. Cepat keluar!" Huh, Hinata mulai mengepalkan tangan. Menurutnya lelaki berjambul ayam sengaja agar ia bisa leluasa mengancam dirinya lagi ketika Naruto tidak ada.

"Sebentar teme. Kau ini kenapa sih teme? Biasanya kau tidak pernah perduli aku mau makan kemenyan atau kentut sekalipun!" Ahaha bagus sayang ayo teruskan lawan lelaki kejam itu! Hinata menyipitkan mata karena senang, pujaan hatinya tidak mau di perintah seenaknya.

"Baiklah kalau begitu. Ini adalah penerbangan terakhir kita dobe." Skak mat. Naruto mulai menghentikan kunyahannya dan melirik sebal sang sahabat.

"Kau selalu saja memakai cara licik." Benar sekali sayang! Dia memang lelaki licik dan tak berperasaan. Hinata yang berdiri di belakang mereka tanpa sadar mengangguk-anggukan kepala tanda setuju. Saat itu ia tidak tau jika sedang diamati oleh sepasang mata elang.

"Kau Hyuuga. Hentikan gerakan itu."

Tertangkap basah dan tidak bisa mengelak lagi, Gadis Hyuuga mematung ditempat.

"Haiss teme. Sudahlah aku keluar. Biar kau puas!" Tidaakkk!!!! Tidakk bolehh!! Jangaan tinggalkan aku sayanggg!!!

Hinata, oh Hinata, mana mungkin Naruto bisa mendengar jeritan hatimu itu!

"Hati-hati Hinata. kabar terbaru yang ku dengar sih, korbannya bukan hanya satu tapi seribu.. hiihh." Bisik Naruto di telinga Hinata, dan pergi meninggalkan gadis bernasib malang sendirian.

"Duduk." Tidakk mau!! Tidak sudi!!

"Iya capt." Hinata duduk di sebelah kanan pria Uchiha.

"Kau masih ingat apa yang ku katakan tadi?."

"Masih capt."

"Bagus. Diam disitu sampai aku menyuruhmu keluar." Argghh!!! Apa sebenarnya maumu Uchiha sialan?!!

"Baik capt.."

T_T

--

Hampir setengah jam Hinata tak kunjung muncul ke belakang cabin, Kiba pun melakukan tugas seorang diri mengumpulkan tempat makan para penumpang yang telah kosong. Ia mendorong trolley sendiri dan berkeliling di lorong pesawat. Beruntunglah penumpang hanya sedikit gumam Kiba ke diri sendiri.

'

'

"Capt an-ano saya harus debarase." Cicit Hinata melirik sang captain yang tengah sibuk mencatat di kertas.

"Hyuuga. Aku tidak minta kau bersuara."

Hufft. Mau sampai kapan dirinya akan duduk berleha disini, sementara seniornya sedang menunggunya untuk menyelesaikan pekerjaan. Hinata mulai memikirkan cara agar bisa kabur dari penjara bernama kokpit ini. Aha, lampu kuning melayang tepat di atas kepalanya.

"Auch. Sa-sakit perut. Ahh sepertinya aku akan ahh-" ia melirik Sasuke mulai menggerakkan kepala mengamatinya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Captain, in-ini sudah di ujung. Aku tidak bisa menahannya lagi. Ughh." Dengan ekspresi yang di buat-buat gadis Hyuuga merintih memegangi perut.

"Ck. Oke. Kau boleh pergi!"

Yeayyy. Huaaa akhirnya, benar-benar berhasil. "Pe-permisi capt." Hinata beranjak untuk membuka pintu.

"Tunggu."

Iss sial. Apa lagi sekarang?

"Ambil sampah ini," gadis itu dengan memakai apron merah secepat kilat mengambil bungkus makanan dan botol minuman kemasan kosong dari meja sang captain. Ia lalu membuka dan sedikit membanting pintu tersebut.

Setelah Hinata ke belakang Naruto bergegas masuk dan menanti sang sahabat selesai berkomunikasi dengan pihak bandara.

"Teme. Aku tidak mengerti. Mengapa Hinata lama sekali berada di dalam. Apa yang kalian bicarakan?"

"Itu bukan urusanmu dobe. Cabin crew prepare for arrival."

Huh dia malah mengalihkan pembicaraan.

Cukup sudah. Hinata tidak akan terjebak lagi dengan kelicikan sang captain berambut ayam. Ia harus mencari cara agar bisa terhindar dari marabahaya yang sudah menanti di depan. Untunglah Tenten memberikannya catatan jauh sebelum ini semua terjadi, jadi ia bisa lebih waspada dalam hal menjaga diri.

"An-ano maafkan saya Kiba-san." Ucap Hinata saat sampai ke belakang. Pria Bermarga Inuzuka hanya bisa tersenyum simpul. "Tidak masalah Hinata. Aku sangat mengerti penderitaan mu. Apa yang cpt katakan padamu?" Tanya Kiba sedikit penasaran.

"Tidak ada Kiba-san. Tapi dia itu benar-benar pemaksa dan licik. Aku tidak suka melihat sifatnya, mirip malaikat maut!" Hinata meluapkan isi hatinya secara spontan.

"Hahaha, kau bilang malaikat apa karena wajah cpt Sasuke tampan hm?" Harus diakui lelaki bertampang arogan, memanglah memiliki rupa yang menawan. Tapi tetap saja sampai kiamat muncul, Naruto lah yang menjadi pemenangnya.

"Bukan begitu. Buat apa wajah tampan tapi attitude nol besar. Huh."

"Yasudahlah Hinata, kita tidak bisa berbuat banyak. Kau tau sendiri, dia anak pemilik saham. Kalau bisa menghindar sejauh mungkin dari pada terkena masalah." Ujar kiba memberi saran.

"Benar sekali Kiba-san. Arigatou!" Hinata menyunggingkan senyum. Bertepatan itu lampu tanda sabuk pengaman menyala, pertanda beberapa menit lagi dimulainya waktu pendaratan.

--

Ponsel ditangan berputar-putar karena pemiliknya terus menggerakannya tak beraturan. Si pemiliknya Neji, terus saja mengecek benda itu setiap setengah jam sekali. Alasannya sudah jelas! Karena sang adik sepupu belum juga membalas pesannya. Bahkan nomornya tidak aktif. Ya mau kekmana orang lagi di atas awan sayang!

Sial. Kenapa perasaan cemas ini tidak pernah menghilang. Apakah adiknya itu baik-baik saja? Adakah yang menyakitinya disana? Jika tangannya di sentuh oleh lelaki mesum bagaimana? Begitulah isi pikirannya bermunculan satu-persatu.

"Pasti kau memikirkan Hinata kan, sayang?" Tenten menghampiri calon suaminya yang sedang duduk di ruang tamu.

"Kau tidak perlu berpikiran negatif. Dia pasti bisa menjaga diri dengan baik. Kau lupa, aku sudah memberinya sebuah catatan untuk diingat setiap saat." Lanjut Tenten menenangkan Neji.

"Ya, tapi tetap saja dia itu sangat polos. Hal yang paling aku takutkan, dia bertemu si Uchiha Sasuke dan mengancam adikku dengan banyak cara."

Tenten menggeleng cepat. Ia yakin bahwa Hinata sudah menghindar terlebih dahulu. "Tidak akan sayang. Pasti Hinata sudah tau cara mengatasinya. "

Benarkah? Walau Tenten berkata begitu, Neji masih tetap dilanda kekhawatiran yang tidak tau kapan akan lenyap dari pikirannya.

--

Izinkan sekali lagi Hinata untuk menatap lama wajah pria Uzumaki. Betapa beruntungnya dia, beberapa saat yang lalu ketika pesawat sudah mendarat di bandara Iwagakure, dan penumpang telah pergi, lelaki berambut cerah mendadak berjalan kebelakang cabin untuk sekedar mengajaknya mengobrol! Bayangkan betapa berbunga-bunganya hati gadis bermata pucat saat ini.

Tetapi perasaan itu tidak dapat bertahan lama, karena seseorang baru saja merusak suasana yang tercipta. Bisa disaksikan sendiri tingkah lakunya yang menjengkelkan terekam di mata bening Hinata. Pria yang bernama Sasuke ayam itu dengan entengnya menyuruh sang gadis untuk mengambilkan air padahal jelas-jelas ada dua orang cabin crew di depan. Bukan hanya itu, dia juga menyuruh Hinata untuk kembali ke belakang, lalu lima menit kemudian, dia sengaja memanggil gadis Hyuuga untuk melakukan hal-hal yang aneh. Setiap Naruto mengajaknya mengobrol, dia langsung memotong percakapan dua manusia itu dengan alasan yang tak masuk akal. Huaaa!!!!

Lihatlah sekarang! Dia bahkan duduk santai di kursi penumpang dan melipat tangan di dada saat Hinata sedang mengutip sampah di lantai.

Benar-benar licik!

"Hyuuga." Kegiatan Hinata terhenti saat Suara rendah nan berat memanggilnya.

Apa sialan!

"Iy-iya cpt?"

"Setelah kerjaan mu selesai, belikan aku kopi ke dalam." Arfgfhdhdjd

"Maksud captain, saya sendirian ke bandara untuk membeli kopi? Kenapa tidak di bikin saja, di-"

"Aku tidak minta pendapatmu, belikan sana!" Persetan dengan anak pemilik saham.

"Tidak mau!" Hinata mulai berani untuk berkata tidak.

"Oh. Kau menolak?"

"Ya! Maaf cpt, tapi cpt tidak sopan kalau menyuruh seperti itu. Kau tidak menambahkan kata tolong dan seenaknya memerintah!" Kesabaran Hinata sudah habis. Ia tidak sadar sudah menunjuk wajah sang cpt dengan jarinya.

"Baiklah kalau begitu." Sasuke mulai beranjak dari tempat duduk dan masuk ke dalam kokpit. Entah apa lagi rencana yang akan ia lancarkan untuk sang gadis!

TBC

Note : kata yang aku miringin bisa di googling aja ya kalau terasa asing.

Makasi udah baca!