Jam dinding menunjukan pukul 11 siang,

seorang wanita cantik lekas beranjak dari tempat tidurnya yang empuk. Ia menyingkirkan pelan tangan suaminya yang melingkar di lehernya, lalu pergi untuk membasuh muka. Di dalam kamar mandi, ia memperhatikan lama bentuk wajahnya terpantul cermin. Tatapan matanya yang hampa dan garis bibir yang datar sudah menunjukkan bahwa hatinya sedang tidak dalam keadaan yang baik-baik saja. Bayangan akan suaminya tengah berselingkuh dengan sosok wanita yang begitu ia kenal terus-menerus bersarang di pikirannya.

Sebenarnya, ia sudah menyimpan lama aib suaminya itu. Sejak pernikahan mereka berjalan satu tahun, sikap Itachi memang telah berubah drastis. Ia tidak lagi pulang tepat waktu ke rumah, jarang menyentuhnya dan selalu sibuk beralaskan lembur di kantor.

Kebisuan Izumi dalam menyikapi sikap suaminya yang sudah keterlaluan, telah menjadi bom waktu yang kapan saja bisa meledak. Apakah dirinya akan tetap kuat menahan ini semua? Ia meremas kuat ujung pakaiannya, dengan hembusan nafas yang berat, ia melangkah keluar untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang istri yang berbakti kepada sang suami.

--

Penerbangan dua landing Gadis Hyuuga berakhir sangat buruk. Buruk sekali. Sampai-sampai rambutnya yang semula tergulung rapi kini berubah lepek. Pesawat dengan nomor penerbangan KH 565 sudah mendarat beberapa saat yang lalu di Konoha dan terparkir rapih pada tempatnya.

Karena posisinya sebagai junior, juga situasinya ia sedang menjalankan first flight, pastilah tugas yang ia emban sangat banyak.. Di mulai dari membantu Fa 2, membantu fa 4, senior Karin, dan juga captain licik Sasuke. Ia pasti kewalahan dan tenaganya terkuras habis.

Oh Kami-sama. Mengapa dua orang menyebalkan disatukan dalam satu penerbangan dengannya. Tidak Sasuke, tidak Karin, keduanya memiliki sifat mirip bos besar penyiksa karyawan. Wanita merah darah itu asyik mengomelinya karena Gadis Hyuuga lelet menyelesaikan pekerjaan, padahal gadis itu hanya memiliki dua tangan bukan sepuluh! ia mengancam akan melaporkan Hinata ke chief jika sampai melakukan kesalahan lagi, lalu berlanjut Uchiha Sasuke yang memintanya untuk keluar paling terakhir dari pesawat, setelah kru lain pulang duluan. Aisshh!!! Tidak ada yang berkelakuan waras...

Dan disinilah Hinata berdiri. Di lorong pesawat, ditemani petugas kebersihan sibuk membersihkan sisa sampah berserakan.

Tidak ada lagi rekan seniornya yang terlihat. Mereka sudah terlebih dahulu pergi meninggalkan pesawat.

"Nasib menjadi junior." Gumamnya sedih.

Ia bergegas mengambil koper yang berada di tempat bagasi atas, kemudian berlalu pergi. Ketika ia sampai ke area depan, Hinata tersentak karena lelaki yang beberapa saat lalu ia umpat dalam hati, tampak berdiri di partisi sambil melipat tangan di dada.

"Hyuuga." Panggilnya datar.

Hinata menaikkan sebelah alis, mau apalagi si manusia licik satu ini. Pikirnya gusar.

"Ya capt?" Sahutnya malas.

"Kemarikan ponselmu." Huftt. Enak saja!!

"Untuk apa?" Tanyanya heran.

"Waktumu tidak banyak. Cepatlah."

"T-tidak mau captain! Apa kau tidak tau, ponsel itu ranah privasi. Kau tidak bisa memintanya seenak hatimu saja."

Lelaki berjulukan licik, menyeringai tipis. Ia melayangkan tatapan mengejek ke arah Hinata.

"Kau menolak?"

"Seribu persen saya pasti menolak capt. Maaf, tapi sepertinya captain harus belajar soal etika sopan santun ketika berhadapan dengan orang lain!"

"Hn. Baiklah..." Pria itu tidak merespon lebih banyak perkataan sang gadis, ia menarik kopernya dan melangkah pergi dari tempat tersebut.

--

Di parkiran bandara lelaki berambut panjang senantiasa menunggu adik kesayangan memunculkan diri. Matanya sibuk menjelajahi lalu lalang orang-orang berusaha menemukan sosok yang ia cari, tak butuh waktu lama sang adik yang menggunakan blazer merah dengan dalaman kemeja putih terlihat menggeret koper ketempatnya. Ia langsung menyunggingkan senyum tipis saat Hinata memperhatikan dirinya.

"Maaf Nii-san aku lama." Ujar Hinata seraya memeluk singkat sang kakak.

"Syukurlah kau baik-baik saja." Neji melepas pelukan itu dan mulai memperhatikan sang adik dari ujung kepala hingga mata kaki.

"Neji-Nii jangan mulai lagi! Aku sudah lelah." Oke. Baiklah, adiknya tidak terluka sedikitpun. Ia bernafas lega.

"Baiklah tuan putri. Mari Kita pulang." Mereka berdua saling melempar senyum dan masuk ke dalam mobil.

Tepat di samping mobil Hyuuga Neji, seorang lelaki berkelakuan stoic, tengah asyik menonton adegan sepasang kakak beradik sedang memerankan drama keluarga yang tampak harmonis dari dalam mobil.

--

Kediaman Uchiha mulai menyambuttamu-tamu istimewa untuk masuk ke dalam menjelajahi setiap sisi ruangan yang terlihat mewah. Para pelayan sibuk menyiapkan makanan dan cemilan untuk disugguhkan ke kerabat penting Uchiha Itachi. Ya, mereka adalah perkumpulan Akatsuki yang di dirikan oleh lelaki bertindik di wajah. Organisasi rahasia mereka telah terbentuk sejak Itachi mengenyam bangku kuliah. Diam-diam sedari dulu, ia sering mengikuti kegiatan aneh, mulai dari berjualan senjata ilegal sampai menghilangkan nyawa musuh yang mereka incar. Entahlah, dari dulu hingga sekarang tidak ada satupun yang bisa membuktikan kejahatan mereka sampai detik ini. Semuanya tampak berjalan rapi seperti tidak terjadi apa-apa.

Tawa membahana silih berganti bersahutan diruang tamu luas bergaya modern, sekelompok manusia berbeda karakter saling berbincang ringan sesekali memakan cemilan yang sudah terhidang dimeja. Maksud kedatangan mereka adalah ingin merayakan reuni 10 tahun terbentuknya organisasi rahasia tersebut. Itachi yang juga termasuk salah satu anggota mengusulkan untuk merayakannya di rumahnya saja. Mereka sengaja tidak melakukannya di luar agar tidak terlihat mencolok.

Wanita satu-satunya yang ada di kelompok itu tampak duduk di samping Itachi dengan wajah memerah. Sesekali ia akan mencuri kesempatan untuk memeluk singkat lengan kekar sang pria jika tidak ada yang melihatnya. Bukan, tentu bukan kelompok dari mereka. Tetapi sosok istri sah lah yang ditakutkan menyaksikan itu. Walaupun Konan sangat ingin, tapi Itachi menolak untuk menampakkan jelas hubungan keduanya.

Izumi tidak pernah menyukai pergaulan Itachi. Alasannya karena setiap suaminya berkumpul dengan mereka, semua menjadi terlupakan. Ia seakan tidak mengingat waktu ataupun melupakan telah menjadi seorang suami yang memiliki istri. Beberapa kali mereka sudah membahas ini, dan berakhir cekcok. Itachi lebih memilih bertengkar hebat dari pada harus berhenti mengikuti perkumpulan mereka.

Ia menghembuskan nafas berat, sampai kapan batinnya kuat menghadapi ini semua. Melihat suami mu tertawa renyah dengan perempuan lain tetapi berwajah datar saat

berbicara denganmu.

Tak sadar ia meneteskan air mata di pipi menyaksikan tangan suami tercinta menggenggam erat tangan wanita lain dari monitor cctv.

--

Tenten melipat beberapa baju dan memasukkannya ke koper. Ia baru saja mendapatkan email approved cuti untuk mengurus pernikahannya dengan Neji. Jadi sebentar lagi ia dan lelaki Hyuuga akan melangsungkan pernikahan. Wanita itu bersyukur, Kami-sama menganugerahinya sosok pria tampan yang sangat menyayangi dirinya.

Neji memang bukanlah tipe pria yang akan melontarkan kalimat-kalimat romantis untuk menunjukan perasaannya, tapi perlakuannya serta tindakannya dalam menjalin hubungan sungguh membuat Tenten jatuh cinta berulang kali kepadanya. Lelaki itu sangat penyayang dan setia. Ia tidak kasar ataupun tidak mudah terpikat dengan wanita cantik sedari awal mereka berpacaran.

Hubungan dua sejoli ini telah berlangsung sejak masa SMA, Dan tak lama lagi mereka akan berganti status menjadi sepasang suami istri. Pipi Tenten seketika merona, tidak sabar menunggu hari mendebarkan itu tiba. Gadis berambut cepol bersiap-siap untuk memuat kopernya ke bagasi mobil lalu berlalu menuju apartemen miliknya.

--

Langit jingga di sore hari membangunkan Sasuke dari tidur nyenyaknya. Ia bergerak merenggangkan otot-ototnya yang menegang. Memang kebiasaan sang bungsu Uchiha ini tidak akan pernah berubah. Ia sangat suka mengulur waktu sebelum pulang ke kediamannya dan berakhir tertidur pulas di dalam mobil. Setelah otot bahunya melemas, ia lekas menghidupkan mesin dan mengendarainya menuju rumah.

'

'

Citttt

Mobil milik lelaki bergelar captain muda ini berhenti di depan garasi rumah yang terbuka lebar. Ia melonggarkan dasinya sesaat dan membawa diri masuk sambil menyeret koper kesayangannya.

Ketika membuka pintu, wajahnya yang datar mengernyit heran karena mendengar suara teriakan berasal dari arah ruang keluarga. Ia menelusuri ruangan tersebut dan mendapati anikinya juga Izumi sedang bertengkar hebat di sana.

"Sudah berapa kali ku katakan aku tidak suka di bantah! Tugasmu hanya melayani ku sebagai istri!"

Wanita itu terisak kuat. "Mau sampai kapan kau menyiksaku seperti ini Itachi! Ka-kau selalu mengabaikan istrimu dan lebih memilih bersenang-senang dengan teman-teman mu juga kekasih mu!!"

"Cukup! Jangan mengatakan apa-apa lagi!"

Izumi memukul-mukul kencang dada suaminya, ia ingin meluapkan segala perasaan yang sudah ia tahan sejak lama.

"Ka-kalau kau masih ingin bebas kenapa tidak menceraikan ku saja!"

Plakk

Plakk

Tamparan keras sebanyak dua kali dari tangan Itachi membuat Pipi izumi memerah. Matanya membola merasa terkejut bukan main sambil memegangi pipinya yang terasa perih. Betul-betul suaminya saat ini telah menjadi sosok berbeda dari yang pernah ia kenal sebelumnya.

"Aku akan memukulmu lagi kalau kau tidak bisa menutup mulutmu."

Bugg

Hantaman Tangan adik kandungnya mendarat tepat di bibir Itachi. Ia memukul lelaki itu dengan gerakan cepat. Sasuke sungguh tidak bisa menahan emosinya lagi. Ia terus melayangkan tinjuannya berulang kali ke wajah sang kakak hingga tubuh Itachi terjatuh. Pemandangan yang sangat tidak ingin Sasuke saksikan sejak lama, kembali ditampakkan di depan mata membuat tubuhnya bergetar hebat meluapkan amarah.

"BRENGSEK KAU ITACHI." Teriaknya bak orang kesurupan. Ia menindih tubuh kakaknya dan terus menghujaninya dengan berbagai macam pukulan.

"Lawan aku bajingan!!!" Sang kakak tidak merespon apapun, ia pasrah menerima serangan bertubi-tubi ke wajahnya.

Izumi yang menyaksikan pertikaian di depan mata, histeris. Ia mencoba melerai tapi percuma saja, tenaganya kalah telak, ia hanya bisa menangis sambil memohon belas kasihan kepada sang adik ipar yang telah murka.

Sasuke yang masih mengenakan seragam kerjanya, terus meninju wajah sang kakak hingga babak belur, Kali ini Sasuke nekad menghabisi kakaknya hingga mati sekalipun, ia tidak lagi peduli.

"He-hentikan Sasuke.. hiks." Bahu Izumi bergetar hebat melihat suaminya sudah tidak berdaya di tangan adik iparnya.

"Aku akan membunuhmu Itachi!!"

"Sasuke... Ak-aku mohon padamu...

hiks.."

Isakan itu mengingatkannya akan masa lalu saat ayahnya memukul ibunya berulang kali di depan mata kelamnya. Tangisan Izumi percis seperti tangisan mendiang ibunya yang sangat ingin ia lupakan. Ia melihat wajah Itachi seketika berubah menjadi sosok wajah sang ayah.

Sasuke tidak juga meghentikan tangannya hingga beberapa penjaga rumah datang untuk menahan pergerakannya. Mereka bergegas menjauhkan Sasuke dari tubuh Itachi yang sudah terkapar tak sadarkan diri.

"Arghh. Brengsek... Lepaskan aku sialan!!" Amukan Sasuke menggelegar, ia sudah kehilangan akal sehat. Dendamnya akan ayah dan kakaknya memuncak di detik itu juga.

--

Bagi Hinata tempat ternyaman adalah kamarnya sendiri. Ia bisa menghirup nafas lega saat membaringkan diri di kasur. Setelah mandi rasa lelah yang menumpuk di badannya mendadak tersapu bersih. Ya meskipum sekarang ia terserang kantuk berat setelah menjalani aktivitas seperempat hari didalam pesawat.

Hari pertama bekerja sudah terselesaikan, itu artinya ia membutuhkan tenaga ekstra untuk melanjutkan hari esok yang penuh tantangan. Jadi dia harus memulihkan tenaga dan mencukupkan waktu tidurnya.

Sebelum tidur, pikirannya mulai terbayangi oleh pria Uzumaki, cinta pertamanya. Saat di pesawat tadi, Hinata tidak mempunyai kesempatan yang banyak untuk mendekatkan diri dengan lelaki itu. Hufft. Kira-kira apa yang sedang Naruto lakukan sekarang?

--

"Ahhh ahh Naruto ka-kau lebih cepat lagi...ahh."

"Uggh baiklah Sakura-chan.. "

"Iyh,ahh begituh hmmhh.."

"Enak tidak?" Naruto mempercepat goyangannya. Wanita itu hanya mengangguk pelan dan memejamkan mata.

Yah tiada hari tanpa melakukan seks walaupun keduanya belum memiliki ikatan yang pasti...

--

Seragam terbang Sasuke yang semula putih bersih kini telah ternodai dengan banyaknya bekas darah. Ia menatap getir pantulan dirinya di cermin. Kamarnya adalah mimpi buruk baginya. Jika ia terus berada disini sama saja menggores luka lamanya yang terus-terusan menghantui pikiran.

Dengan tangan penuh bekas darah sang kakak, ia mengemas baju dan bergegas pergi menetap sementara di apartemen nya.

Sasuke... jangan pernah berlaku kasar kepada perempuan. Berjanjilah pada Ibu nak, Jika sudah besar nanti, kau harus selalu melindungi orang-orang yang bernasib sama seperti ibu. Mengerti??

Aku berjanji bu. Ibu jangan menangis lagi, aku tidak kuat melihatnya.

TBC