Hari kelima sekaligus menjadi hari terakhir Hinata melaksanakan reserve di bandara. Semua tampak berjalan santai dan tidak ada kendala. Ahh benar-benar beruntung! Lelaki yang tidak ingin dia lihat, betul-betul menghilang. Ini artinya masa hukumannya ia anggap sudah selesai.

Ia melangkahkan kaki ke toilet. Saat reserve pagi seperti saat ini, keadaan terlihat cukup hectic karena para kru sibuk berlalu lalang menyesakkan ruangan. Ada yang fokus briefing, ada yang sedang duduk menunggu pesawat landing, ada pula yang tertidur karena menanti waktu pulang tiba. Suara-suara berisik pun tidak dapat di hindarkan. Hinata melirik sekilas ke ruangan khusus pilot, di sana dia tidak menemukan seseorang yang familiar. Semua wajah mereka terlihat asing di mata perempuan itu.

Langkah kakinya memasuki toilet yang telah ramai di isi oleh beberapa cabin. Dandanan mereka termasuk Hinata membuat wajah semuanya terlihat mirip, ya tidak mengherankan lagi, karena memang begitulah prosedurnya. Rambut di cepol kebelang, bibir merah merekah, serta riasan yang terlihat sedikit tebal dan menor. Baju merah dan dalaman kemeja putih, rok ketat berwarna senada diatas lutut, serupa lambang kebanggaan salah satu maskapai ternama di konoha.

Gadis Hyuuga menatap lama pantulan dirinya dicermin. Beberapa kali ia melemparkan senyum saat kru lain masuk membuka pintu toilet tersebut. Sejenak ingatannya terhenti saat pertemuannya kemarin dengan Toneri otsutsuki. Ia tidak mengerti mengapa lelaki itu bersikeras untuk meminta nomor ponselnya. Padahal Hinata sudah mencari banyak alasan untuk menolak.

Ia juga meminta agar lain kali bisa request terbang bersama-sama dengan sulung Hyuuga. Ya ampun! belum juga keadaan tenang menghampirinya karena menghilangnya sosok menyebalkan itu, sekarang malah muncul sosok lain yang juga sama anehnya! Ya walaupun harus diakui, sifat Toneri jauh lebih baik dari pada si Uchiha Sasuke emot batu.

Setelah puas mengecek penampilannya di cermin, ia mencuci tangan di kran wastafel, lalu berlalu dari tempat itu. Ketika melewati ruangan pilot, ia kembali mencuri lihat untuk mencari sosok yang ia ingin ditemui, tetapi nihil.

Hufft, baiklah masih ada hari esok dan besoknya lagi! Hinata tersenyum optimis meyakinkan dirinya sendiri.

--

"Ku dengar, Akatsuki mencarimu Sasuke." Terdengar Suara datar khas pria berambut silver sedang memberitahu anak angkatnya.

"Hm. Aku tidak peduli." Balas Sasuke datar.

"Lalu apa kau akan diam saja?" Pria bernama Kakashi menyesap pelan kopi hitam yang dipenuhi uap.

"Hn. Aku tidak tertarik berurusan dengan para serangga rendahan."

"Uhuk-uhuk... Akh, Dasar kau ini!!" Lelaki tua itu sontak tersedak mendengar kata-kata bungsu Uchiha.

"Serangga katamu? Apa ada serangga yang menghabisi sepuluh nyawa hanya dalam waktu 3 hari?" Kakashi melirik jengkel Sasuke yang masih bisa menampilkan wajah santai.

"Ck. Tidak perlu berlebihan. Mereka hanyalah sekumpulan sampah."

"Tetap saja mereka tidak bisa dianggap remeh Sasuke. Aku berkata begini, karena tidak ingin wajahmu yang arogan itu sampai lecet ditangan mereka. Lagi pula kau kan harus kembali bekerja, apa kau tidak mau menyelesaikannya lebih cepat?"

"Aku akan menemui Sasori."

"Aa syukurlah. Jika kau bersedia aku akan membantumu siang ini juga." Ucap Kakashi menawarkan diri.

"Tidak usah. Nikmatilah gaji butamu itu. Aku pergi dulu."

Belum sempat protes, Sasuke sudah terlebih dahulu menghilang dari balik pintu ruangan kerja sang ayah angkat. Kakashi mendesah pelan. Ia sungguh sangat mengerti alasan dibalik Sasuke selalu berbicara ketus seperti itu.

--

Cuaca terik di konoha tak mengurungkan niat Sasuke untuk menemui Sasori di kediamannya. Ia harus menggertak pemuda merah agar menghentikan kelompoknya untuk ikut campur ke permasalahan Itachi dengan dirinya. Setibanya di tempat itu, Sasuke menggerakan tangan untuk menekan interkom yang menempel di samping pintu masuk.

"Aku ingin menemui Sasori."

Ceklekk

Seorang maid mempersilahkan Sasuke memasuki rumah, ia menuntun bungsu Uchiha menuju kolam renang yang terletak di halaman belakang. Di sana pria berambut merah sudah menunggu kedatangannya di temani dua wanita seksi memakai bikini.

Kedua wanita itu mengerling nakal saat melihat wajah tampan Sasuke dari dekat. Seperti biasa, Sasuke tidak terlihat tertarik sama sekali. Ia berdiri tepat dihadapan Sasori yang sedang duduk di kursi santai kolam.

"Sasuke." Pria berjulukan mesum menyeringai tipis. Ia lalu membuka kacamatanya untuk melihat lebih jelas lawan bicaranya.

"Apa kau ingin bersenang-senang dengan kami? Sudah kuduga, kau pasti tidak akan menolak." Sambung Sasori terlalu percaya diri.

"Ck, tidak. Aku kesini untuk memperingatkan mu." Senyum pria mesum itu berubah menjadi tawa mengejek.

"Maksud mu soal kakakmu? Hah, aku tidak terlalu suka ikut campur mengenai masalah kalian berdua Sasuke."

"Tch. Baguslah. Jika kau tidak bisa menghentikan anggota mu yang lain, maka ucapkan selamat tinggal pada karirmu." Sasori merubah mimik bercandanya. Ia melemparkan tatapan malas kepada pria yang ada di hadapannya.

"Baiklah.. Aku akan melakukan sesuai keinginanmu... ada lagi?"

"Satu hal lagi..."

"Huh?"

"Jauhkan dirimu sejauh mungkin dari calon istriku. Jika kau menolak, kupastikan tanganku sendiri yang akan mengirim tubuhmu itu ke neraka." Kata Sasuke penuh penekanan.

"HEH, calon istrimu??" Sasori menyentuh gendang telinganya untuk mengecek bahwa ia tidak salah dengar.

"Hn. Hyuuga Hinata."

"Se-sejak kapan? Bukankah kau gay?!" Ekspresi Sasori kini berubah menjadi terheran-heran.

"Tch, aku bukan gay sialan! Dan aku tidak main-main soal ini."

Damn! Padahal Sasori sudah menyusun beberapa ide bagus untuk mendekati wanita seksi bernama Hinata itu.

"Aish. Baiklah Sasuke. Aku tidak menyangka, ternyata seleramu bagus juga... lalu kapan kalian akan melangsungkan pernikahan?"

"Itu bukanlah urusanmu." Sasuke tidak ingin berlama-lama di tempat itu, ia segera membawa dirinya pergi tanpa memberikan kesempatan Sasori untuk bertanya lebih lanjut.

--

Fufufu. Masa Hukuman yang diberikan pria licik sudah selesai dilaksanakan. Sekarang waktunya menikmati hari libur tanpa ada yang mengganggu. Meskipun day off hanya di berikan satu hari, tapi itu sudah cukup bagi Hinata untuk berleha-leha di atas kasur. Rencananya ia akan menghabiskan waktu di tempat tidur selama seharian penuh sambil menonton film.

Kakak sepupu dan juga adiknya Hanabi sedang tidak di rumah. Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Neji sibuk mempersiapkan segala keperluan pernikahannya, sementara Hanabi sibuk menghadapi ujian semester.

Hinata meletakkan beberapa cemilan di kasurnya lalu menghidupkan layar tv. Ia memilih genre film apa yang kira-kira cocok untuk menghibur dirinya. Ah, mungkin tema komedilah jawabannya. Ia lantas memutar film itu lalu menyenderkan tubuhnya di ujung kasur.

Drrt drrt

Belum juga sejam menonton film, kesenangan Hinata sudah disela oleh bunyi telepon masuk, ia berdecak sebal sambil meraih ponsel yang diletak di meja, alisnya mengerut ketika melihat nomor asing terpampang di layar ponselnya.

"Halo."

"Hai Hinata. Ini aku Toneri."

Darimana dia bisa mendapatkan nomorku?

"O-oh Toneri-san. Ad-ada apa ya?"

"Kau sedang liburkan? Kebetulan aku juga RDO. Bagaimana jika kita pergi ke bioskop sore ini Hinata?" Ajak Toneri langsung ke intinya.

Aduh, mulai lagi. Hinata harus menyusun kata yang pas untuk menolak permintaan pria berambut silver ini.

"B-bukannya aku tidak mau Toneri-san, t-tapi a-ku sedang tidak enak badan sekarang."

"Kau sakit? Kalau begitu aku akan menjengukmu-"

"T-tidak perlu! Aha-ahaha... Maksud ku, I-ini hanya sakit flu biasa, Toneri-san. Hachu-hachu!" Hinata mengeluarkan jurus aktingnya untuk mengelabui sang lelaki.

"Kau yakin?"

"100 persen sangat yakin." Kata Hinata tanpa ragu.

"Oh. Baiklah. Mungkin lain kali saja Hinata. Beristirahatlah yang banyak... bye." Terdengar suara lesu Toneri mengakhiri sambungan teleponnya.

Fiuhh... Sebenarnya Hinata tidak tega membohongi lelaki ramah itu, tetapi ia juga tidak ingin memberikan kesempatan lelaki lain untuk mendekatinya. Menurutnya, yang mempunyai hak atas itu hanyalah Naruto seorang tidak dengan yang lain, titik!

--

Pada malam hari, Sasuke dan Shikamaru mengadakan pertemuan singkat di kediaman pria Nara. Saat ini hanya lelaki itulah yang bisa menemani kebosanan Sasuke. Sahabat dekatnya yang lain beberapa sedang tidak berada dikonoha alias menjalankan RON.

Mereka berdua duduk di balkon rumah sambil menyesap minuman alkohol.

Shikamaru adalah pria yang tidak menyukai kebisingan, hampir mirip dengan sifat pria Uchiha, bedanya lelaki ini selalu terlihat malas dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

"Bagaimana urusanmu dengan akatsuki?"

Tanya Shikamaru seraya menghisap rokok kesayangannya.

"Sudah ku bereskan."

"Cepat sekali. Berarti besok kau sudah mulai bekerja lagi kan." Shikamaru menyodorkan kotak rokoknya ke hadapan Sasuke.

"Cobalah, Sesekali." Sasuke melirik Shikamaru sekilas, lalu mengambil satu batang rokok milik sahabatnya itu, kemudian pria Nara memberikan pematik untuk digunakan Sasuke.

"Jika aku stress aku hanya bisa menghisap mereka. Kalau menghisap yang lain, Temari tidak akan senang."

"Ck. Memangnya kau berani?"

"Satu saja sudah membuat pusing Sasuke. Aku kira dengan menjalin kasih, akan mengurangi permasalahan hidupku. Ternyata sama saja. Wanita memanglah merepotkan, terkadang aku iri, kau bisa hidup tanpa ada wanita di sisimu." Curhat Shikamaru panjang kali lebar.

"Tch. Aku sudah kenyang menjadi obat nyamuk kalian."

"Kalau begitu kau bisa mencari wanita untuk menemanimu, agar kau tahu apa yang kurasakan."

Sasuke terdiam. Ia menghembuskan asap rokoknya sebentar lalu mulai mengambil ponsel dari saku celananya. Ia membuka galeri dan memperhatikan gambar seseorang cukup lama. Shikamaru yang melihat sang sahabat begitu serius, terkekeh pelan.

"Jadi dia orangnya?"

"Hn."

"Aku tidak pernah melihatmu mendekatinya." Ujar Shikamaru singkat.

Sasuke menyeringai tipis. Ia kembali menghisap rokok itu dan menghembuskan asapnya dengan asal.

"Aku hanya ingin sedikit bermain-main."

"Wah, kau mengikuti hobi ayah dan kakakmu Sasuke." Ejek Shikamaru.

"Hn, Entahlah. Kuharap tidak."

Mereka kembali berdiam diri menikmati angin malam yang berhembus tenang, Sasuke mengalihkan diri untuk memperhatikan intens foto seorang wanita yang ada dilayar ponselnya.

--

Drrt drtt

Pukul sebelas malam Suara berisik dari benda berwarna ungu terus mengganggu Hinata dari tidur lelapnya.

Siapa orang menyebalkan yang berani-beraninya meneleponnya tengah malam begini?!

Apa dia tidak tahu waktu?!

"Hm, halo siapa ini?" Tanya Hinata setengah sadar.

"Hyuuga. Ini aku Sasuke." Panggil Seorang lelaki bersuara berat.

"Apa maumu. Siapa tadi? Sasuke? Aku tidak pernah mengenal Sasuke dalam hidupku. Setauku, Uchiha Sasuke itu sudah tidak ada lagi di dunia ini." Katanya masih memejamkan mata.

"Ck. Persiapkan dirimu besok."

Tutut.

Huh. Mengganggu saja!

Hinata melemparkan asal benda berisik itu dan kembali terbuai dalam tidurnya. Semenit, dua menit ia merasakan kedamaian, hingga berselang 10 menit ia mendadak membuka matanya lebar-lebar.

Huaa. Siapa tadi pelaku yang mengganggunya??

"Uch-uchiha Sa-sa-suke?"

Hinata meraih ponselnya yang hampir terjatuh karena kepanikan yang melandanya. ia lekas memencet nomor panggilan itu dan mulai menghubungi lelaki tersebut.

"Hm?"

"Ha-halo, ka-kau cap-captain Uc-uchiha Sasuke?" Tanyanya gelagapan.

"Hn. Bukankah kau tidak mengenalku?"

"Ah! T-tidak. Bukan begitu cap-captain. Ak-aku hanya ber-bercanda saja. Ha-ha-ha...huaa." Suara rengekannya terdengar sampai ke telinga Sasuke.

"Ja-jadi ada yang bisa ku-kubantu?" Hinata berusaha menetralkan rasa ketakutannya.

"Aku bilang persiapkan dirimu besok."

"Untuk apa? Bukankah masa hukuman ku sudah selesai?" Tanya Hinata tidak mengerti. Gadis Hyuuga merasa dia juga tidak punya jadwal besok.

"Keh. Aku tidak pernah mengatakan itu. Justru hukuman mu akan di mulai besok Hyuuga."

"Apa maksudnya? Aku sudah menjalankan 5 hari dibandara!" Protes Hinata kesal.

"Menolak sama dengan selesai."

Tutut.

Lelaki licik bernama Sasuke langsung mematikan panggilan telepon. Hinata bergerak cepat membuka jadwal nya. Ia terkesiap saat membaca list penerbangannya untuk besok. Yang semula kosong kini berubah menjadi 5 hari terbang bersama dengan seorang jelmaan Iblis.

Huaaa! Kalau begini terus Hinata tidak yakin akan berujung bahagia bersama cinta pertamanya...

TBC

Nb: Kakashi ayah angkat Sasuke semenjak Ibunya meninggal.

Oiya sedikit bocoran, ibu Sasuke meninggal karena kecelakaan pesawat ya!

Terima kasih sudah menyukai cerita ini teman-teman