Hari senin, hari yang dibenci anak sekolahan dan pada hari ini CN Gakuen kedatangan murid baru dan guru baru, karena OSIS itu SE-PE-SIAL (tapi ga pake telor) jadi mereka disuruh dateng subuh jam 4 atau 5 pagi, tahun ini bertema Heri Poter jadi nama gugusnya itu mantra-mantra yang di dunia Heri berkacamata bulat itu.
"Urrghh ... kenapa gua jadi OSIS ya, males deh ngospek murid baru," keluh Sima Shi.
"Terima aja kali udah nasib, sekarang namanya jadi MPLS bukan MOS ..."
"Bukannya ... elu bukan OSIS ye, Pi?" Shi menaikkan sebelah alisnya.
"Gue OSIS keles," sahut Cao Pi malas.
"Emang elu jadi apa?"
"Tatib." Cao Pi senyum penuh kemenangan.
"Alah, sok kecakepan lu siapa sih yang jadiin elu tatib."
"Bapa lu lah!"
Shi manyun. "Kaga adil! kenapa gue yang kece ini jadi bingkas!"
"Jangankan jadi bingkas, jadi bingkai foto pun lu bisa hahaha." Cao Pi berbicara seraya jalan pergi meninggalkan Shi sendirian.
Shi ngamuk di tempat, merasa terhina akan jabatan sementaranya ini.
"Ah nyebelin dasar saPI!"
"Etdah elu pagi-pagi dah ngamuk." Zhou Yu heran, masih subuh udah liat anak sulung Sima ngamuk kaya orang utan belum dikasih makan.
"Si Cao Pi bikin gue naik darah mulu."
"Udah, yang sabar hoaaam ...," Yu nepuk-nepuk bahu Shi, "yang semangat ya jangan ngeluh mulu, eh lu liat si Bō ga?"
Shi angkat alis. "Bō?"
"Maksud ane Taiko Bō alias Taigong Wang."
"Ada di ruang OSIS."
"Okey makasih ya bro." Zhou Yu pun pergi ke ruang OSIS.
Zhou Yu pergi, Shi liat Liu Shan lewat. "Oi! anaknya Pa Liu Bei!"
Liu Shan celingak-celinguk, mencari siapakah yang telah memanggil namanya, ternyata yang manggil dia adalah anggota OSIS paling narsis di dunia ini aka Shimilikiti alias Sima Shi.
"Kak Shi manggil aku?" tanyanya sembari menunjuk diri sendiri.
"Iya kamu! Sini!"
Liu Shan mendekatkan diri pada Tuhan eh Shi. "Ada apa kak?"
"Kamu kebagian di gugus mana?"
"Ava Kadavra." Liu Shan senyum.
"Yaudah sini temenin gua yang kece di sini jadi patung eh maksudnya liat murid baru."
Liu Shan nurut aja, daripada mulutnya dijejelin bakpao.
Mereka duduk di tangga dekat pintu masuk sampai jam 6 cuman buat liatin murid baru.
"Shan."
"Apa kak?"
"Masa murid barunya cakep semua ... wah parah ada aki-aki jadi murid," Shi ngeliat kembaran jauh Naomasa. "saingan gue dateng."
"Ada vampir."
Shi diem, perasaan tidak enak.
Ting Tong!
"Buat para murid baru silahkan ke lantai atas dan memasuki kelas yang sudah disediakan, dan untuk para BINGKAS silahkanme-"
"Tumben bukan Babeh yang bikin pengumuman."
"BIMBING GUGUS YANG SUDAH BAPA TENTUKAN UNTUK KA-LI-AN! UNTUK PARA BINGKAS JANGAN BIKIN GUGUS KALIAN DIMARAHIN TATIB TERUS! GUGUS YANG PALINGBANYAKKENAMARAH!BINGKASNYABAPAHUKUM!MWAHAHAHAHA!"
Suara lemah lembut dari speaker berubah jadi suara antagonis khas milik kepala keluarga Sima.
Shi diem.
Liu Shan diem.
2 bingkas yang lain lari kocar-kacir pada rebutan naik tangga.
"HEH SHI! CEPETAN SONO KE ATAS SEKALIAN TARIK ANAKNYA LIU BEI KALIANKAN SATU GUGUS! BIASA LEMOTNYA KAMBUH TUH!"
"Bentar beh, Shi masih mencerna kata-kata babeh tadi." Shi nyautin omongan bapaknya.
"CEPETANNN! JANGAN KETULARAN LEMOT!"
"IYA!" Shi menyeret Liu Shan naik ke lantai 2.
Di lantai Shi memasuki kelas di sebelah kanan tangga. Masuk ala preman pasar aka menendang pintu kelas.
BRAK!
Shi ngeliat ke sekeliling ruangan terus benerin wibawa. "Ehem ... gua Sima Shi yang kece dan ganteng ini akan memimpin kalian sebagai bingkas di gugus ini."
Manusia berinisial KK angkat tangan.
"Iya, apa kamu yang pake camat."
"Anda bingkas ya?"
"Iya, kan tadi gua udah ngomong."
"Ko bingkas narsisnya selangit?"
"Karena tuntutan naskah, camat."
"Ka, nama saya bukan camat tapi - disingkat KatJur."
"Hoo~ gua tau elu, majikan lu yang picek sebelah itu suka cerita sama gua."
Kak Shi kayaknya bisa bestian sama Kak Masamune jalur ordal (ayahnya), batin Liu Shan bingung.
"Mending kita perkenalan dulu yu, dari kamu yang berbuntut." Shi nunjuk anak berinisial TT
"Ini bukan buntut ka."
"Terus ape?"
"Jambul."
"Ntu bukan jambul, klo jambul ntu kaya si Masnor alias Masanori."
"Terserahlah," balasnya malas.
"Oke, nama lu siapa?"
"Nama aku - disingkat TaTo."
"Kalo ga salah elu temennya Pa Yoshitsugu ya? Terus lu juga gak suka sama si Mitsunari?"
"Hn."
"Lanjut sebelahnya."
"Nama - inisial MuNa."
"Suaminya Bu Ginchiyo ya?" tanya Liu Shan.
"Saya belum nikah kok."
"Kirain udah."
"Lanjut ..." Shi bengong, kenapa ada aki-aki jadi murid?
"Kak Shi?" Liu Shan menyikut Shi.
"Maaf tadi gua yang cakep ini nge-blank ngeliat aki-aki demen warna hitam sama putih." Shi agak bingung harus ngomong apa, soalnya murid baru itu lebih cocok jadi guru dibanding murid. "Anoo ... Bapa namanya siapa ya?"
"Saya - biasa disingkat MatHi."
"Oke selanjutnya."
"Nama saya - tapi kadang nama saya suka dijadikan kata sambung seperti aya naon, ayam goreng, dll."
"Oke, kita sudah perkenalan." Shi berjalan menuju meja guru, ngambil spidol lalu menulis sesuatu di papan tulis putih.
Bingkas kelas ini rada sarap dikit tapi Liu Shan masih waras, Liu Shan sadar apa yang ditulis Shi itu aneh, walau udah protes tetep harus ngikut apa kata Shi, aslinya mereka udah diberikan kertas dan kertas itu isinya barang-barang yang harus dibawa murid baru besok, tapi Shi ngeganti barang-barang itu diganti seenak jidat jadi Gugus Ava Kadavdra ini disuruh nyari barang-barang yang kelewat ajaib seperti kapur bagus, sapu lidi, tali tambang, senjata masing-masing dan baju item putih.
Ini mau MOS, drama, apa mau nyiksa orang? Hanya Shi dan Tuhan yang tau.
Kita intip yu Gugus 1 alias Gugus Wingardium Leviosa.
Gugus ini memiliki bingkas yang waras beda sama yang tadi, mau tau bingkasnya yok cekidot.
"Saya Gracia."
"Dan saya Hanbei."
Gracia sama Hanbei salaman.
"Kami, Granbei untuk dunia emas 2045-maksudnya kami bingkas di gugus ini, salam kenal." Gracia dan Hanbei bungkuk.
"Perkenalan dulu yu, dimulai dari kamu yang paling depan." Hanbei nunjuk murid yang duduk di paling depan bagian kiri.
"Nama saya - suka disingkat JC tapi kepanjangannya bukan Japanese Club, dan saya itu orang cina bukan jepang."
"Kamu vampir dari DW ngapain kemari nyari stok darah?" tanya Hanbei.
"Ga, cuman dapet undangan ini." JC memperlihatkan undangan warna biru toska dan dihiasi gliter.
Hanbei ngambil undangan dari tangan JC. "Hah? Jadi murid selamanya? Engga bakal lulus dong."
"Kalian juga kok, udah ga akan naik kelas ataupun lulus walau udah dikasih rapot."
"Apha?!" Hanbei kaget bukan main.
"Jadi kalian naik kelas cuman sekali selanjutnya akan selamanya kalian di kelas itu, sebelum kalian masuk sekolah ini bukannya dikasih buku peraturan setebel kamus bahasa indonesia? Dibaca ga bukunya?"
"Dibaca ko."
"Terus kenapa ga tau?"
"Cuman baca halaman satunya doang alias daftar isi." Hanbei garuk-garuk tengkuk.
JC cuman memutar kedua matanya.
"Oke, selanjutnya."
"Nama saya - bisa disingkat WY," WY nyibakkin rambutnya. "Cowo paling cakep di kelas ini."
Kayaknya murid baru satu ini punya sifat narsis kek Shi agak mirip Naomasa dikit di bagian rambut danmuka, Hanbei sweatdrop. "Lanjut."
"Nama - disingkat GuXi."
"Lanjut."
"Nama - disingkat WangI."
"Karena sudah perkenalannya, kita lanjut menjabarkan barang yang harus dibawa besok." Gracia senyum manis.
Mungkin keadaan gugus ini juga rada ajaib ya, karena ada Gracia si artis iklan obat kulit manggis, ya kali ini yang nulisnya manusia normal jadi yang dibawa murid baru buat besok normal ga kaya gugus yang dipimpin sama Shi.
Beda lagi sama yang lagi ngospek guru baru di ruang guru, yang ngospek sudah pasti Qiao twins, Cao Cao dan Nobunaga, sebenernya daripada ospek bisa dibilang wawancara kelewat ga jelas.
Giliran Shennong wawancara.
"Kamu!"
"Ada apa Bu Daqiao?"
"Gimana sama boneka santet buatanku?"
"Lucu ko."
"Yak lulus dari wawancara monggo ke meja Pa Cao upupupupu."
"Kenapa anda ingin menjadi guru di sini?"
"Karena tuntutan naskah."
Brak!
Cao Cao menggebrak meja. "Yang bener!" Matanya melotot.
"Karena~ dapet undangan dari aruji waktu itu."
"Oke, silahkan tunggu diluar nanti saya akan kasih tau anda hasilnya."
Shennong pun keluar ruang guru.
Giliran Shuuten Doji.
"Eh Ten, tujuan kamu ke sini ngapain?"
"Disuruh."
Xiaoqiao tepok jidat. "Engga ada jawaban lain."
Shuuten geleng-geleng.
"Yak kamu lulus, silahkan ke meja Pa Nobu."
"Kenapa anda ingin menjadi guru?"
"Karena disuruh sama aruji."
"Ada jawaban lain?"
Shuuten Doji geleng-geleng.
"Yaudah sana keluar, nanti saya akan suruh kamu masuk lagi klo udah diskusinya."
Shuuten Doji keluar dari ruang guru.
"Gimana hasih wawancaranya?"
"Yang nanyanya pada pokerface semua."
Balik lagi ke ruang guru.
Keempat guru nista ini berkumpul kaya diskusi tapi kalau didenger omongannya malah tambah ga jelas.
"Eh eh gimana wawancaranya?"
"Gaje, bosen gue denger Shuuten Doji ngomong karena disuruh."
"Emang lu doang." Nobunaga pasang muka you-don't-say.
"Yaudah kita lulusin aja dua (bukan) manusia, ga usah sesuai naskah."
"Oke."
"Deal." mereka saling sabat tangan.
"Daqiao kamu kasih tau gih."
"Siap Pa Cao Cao."
"Kalian berdua penutupan gih."
"Sekian dari chapter kali ini tentang MOS kelewat ga jelas."
"See you next chapter!"
TBC
Note:
Aruji/sutradara itu sebutan mereka buat author, yg aruji itu ngikut TouRabu.
