Living Legend
Naruto by Masashi Kishimoto
One Piece by Eiichiro Oda
Kamen Rider by Toei
.etc
Summary:
Naruto Quartz bukanlah Celestial Dragon biasa. Pewaris keluarga Quartz ini hidup di tengah kemewahan, dikelilingi pelayan cantik berkekuatan luar biasa yaitu Seven Deadly Sins. Dengan warisan dan ambisinya, ia bersiap mengguncang dunia dalam caranya sendiri.
Chapter : 1
Elegant Nobility
Mary Geoise, Domain of the Gods
Sruup~
Aah~
"Kau memang tahu cara meracik minuman yang luar biasa," ujar seorang pemuda berambut pirang berantakan dengan bola mata sebiru samudra. Tubuhnya kekar namun ramping, mencerminkan kekuatan dan kemewahan yang ia miliki.
"Ara~ ara~ terima kasih atas pujiannya, Naruto-sama~," balas seorang wanita cantik nan anggun. Kulitnya seputih salju, mata ungu memesona, dan rambut hitam panjang yang diikat rapi dengan kain. Siapa pun yang melihatnya pasti akan terpesona.
Keduanya tengah berada di sebuah kolam air hangat yang mewah dan luas. Suasana tenang dan elegan membuat tempat itu sempurna untuk melepas penat.
"Akeno-chan, apakah Wrath sudah kembali?" tanya Naruto dengan nada santai.
"Ara~ masih belum, tapi dari laporan terakhir, tinggal sedikit lagi tugasnya selesai."
Sruup~
"Begitu ya. Sampaikan padanya, kalau tugasnya sudah rampung, dia tak perlu kembali ke sini. Cukup tunggu di Sabaody."
"Baik, Naruto-sama~ Akan kusampaikan. Ara~ ara~ sepertinya Anda tak sabar bertemu mereka, ya~?"
Gluup~
Mendengar ucapan itu, Naruto hanya tersenyum kecil. Ia meletakkan gelasnya di sisi kolam, lalu meraih sebuah koran yang menampilkan poster-poster dari sebelas bajak laut terkenal.
"Hm... Supernova. Kuharap kalian bisa menunjukkan sesuatu yang gorgeous~."
Living Legend
"Naruto-sama~!"
Seorang wanita memanggilnya saat ia tengah bersantai di dek kapal, membaca majalah dengan tenang.
"Ada apa, Albedo-chan~?"
Wanita bernama Albedo itu memiliki paras memukau, mata kuning tajam, rambut hitam pekat panjang, dan tanduk putih yang memperkuat aura eksotisnya. Tubuhnya ramping dan seksi, kontras sempurna dengan kulit seputih porselen.
"Kenapa! Kenapa harus dia yang berendam bersamamu?! Bukankah ini adalah giliranku!"
Albedo menunjuk Akeno dengan penuh amarah. Namun, Akeno hanya membalas dengan senyuman misterius, membuat Albedo semakin berang.
"Kau menyebalkan! Selalu cari kesempatan dalam kesempitan!"
"Ara~ tapi Naruto-sama sudah memanggilmu berkali-kali, dan kau tak muncul~"
"Itu karena KAU menyuruhku belanja bahan pokok! Padahal itu hanya tipu daya agar kau bisa menikmati waktu bersamanya!"
"Ara~ Ara~ ketahuan ya~ Maaf ya, Al-chan~"
"ARGHH! KAU—!"
Aura hitam membuncah dari tubuh Albedo, membuat atmosfer di sekitarnya mencekam. Ia benar-benar ingin menghajar Akeno, yang telah memperdayainya.
"Hentikan, Albedo-chan~"
Begitu suara Naruto terdengar, aura itu langsung memudar. Albedo berbalik dengan cepat.
"Naruto-sama~!"
Naruto menutup majalahnya dan menatap Albedo dengan senyum kecil.
"Akeno-chan sudah minta maaf. Lagipula, waktumu bersamaku belum habis. Kau masih bisa menemaniku hingga besok. Mungkin malam ini... hanya kau dan aku."
"Benarkah…?"
"Benar, Albedo-chan~"
"Yay~ Terima kasih, Naruto-sama!"
"Ara~ ara~ sudah nggak cemberut lagi, Al-chan~"
"Diam kau!"
Naruto hanya tertawa pelan, lalu kembali menatap ke lautan yang luas, membiarkan angin sejuk menerpa wajahnya.
Tap! Tap! Tap!
Langkah kaki terdengar mendekat. Seorang wanita berambut biru panjang dengan mata setajam es dan kulit seputih salju berjalan menghampiri. Meski mengenakan seragam militer lengkap dengan Rapier di pinggang, kecantikannya tetap terpancar jelas.
"Naruto-sama. Kita akan segera tiba di tujuan."
Suaranya tegas dan lugas, menarik perhatian Akeno dan Albedo.
"Esdeath-chan~ Kau tak perlu seserius itu, Ara~ Ara~"
"Akeno, aku tak bisa bersikap santai. Menjaga wibawa sebagai pengawal Naruto-sama adalah prioritas."
Akeno hanya menghela napas. Sementara Albedo memutar matanya—sudah hafal dengan sifat Ice Queen satu ini.
"Selalu menjaga citra di depan Naruto-sama. Dasar Ice Queen," celetuk Albedo.
"Esdeath-chan~"
"Ya, Naruto-sama?"
"Terima kasih atas laporannya. Tapi... santailah sedikit."
"Saya berterima kasih atas perhatian Anda, tapi ini memang pilihan saya. Saya nyaman seperti ini."
Naruto kembali menghela napas. Di antara semua pelayannya, hanya Esdeath yang terus bersikap serius setiap waktu. Berkali-kali ia coba membuatnya lebih santai, tapi hasilnya selalu nihil.
"Baiklah... Tapi jangan terlalu berlebihan. Itu bisa berdampak buruk bagi tubuhmu."
"Sekali lagi terima kasih atas perhatian Anda, Naruto-sama. Saya akan kembali ke pos saya."
Esdeath lalu pergi, tapi...
'Fufufu~ Naruto-sama mengkhawatirkanku... sungguh luar biasa... gairah ini… Fufufu~'
Itulah isi kepala Esdeath saat ini. Jari-jarinya sedikit bergetar karena kegembiraan yang ditahan.
'Pasti dia memikirkan hal aneh lagi...' pikir Albedo sambil menatap kepergian Esdeath. Ia sudah terlalu hafal dengan tingkah laku "Ice Queen" satu itu.
"Hah… Sudahlah. Akeno-chan~ apa yang lain sudah berkumpul di Sabaody?"
Akeno mengangguk pelan.
"Iya, mereka sudah berkumpul. Wrath, Greed, dan Gluttony semuanya sudah ada di sana."
"Bagus… Oh iya, Albedo-chan~ bisakah kau bangunkan Shizuka-chan~?"
"Hahh… Dalam sehari dia bisa tidur lebih dari 15 jam. Padahal dia salah satu dokter terbaik dunia. Bagaimana dia bisa menyelamatkan orang kalau terlalu banyak tidur?"
"Ara~ Ara~ itulah misteri dari Shizu-chan~"
Naruto hanya tersenyum. Ia lalu memalingkan pandangannya ke depan. Pulau besar dengan pohon-pohon raksasa mulai terlihat.
Sabaody Archipelago.
"Kita akan segera bertemu… para Supernova. Terutama kau… D."
Naruto menatap poster itu sekali lagi.
Monkey D. Luffy.
Bersambung...
