...

Naruto adalah seorang anak tunggal dari pasangan Minato Namikaze dan Kushina Uzumaki. Keluarga Uzumaki adalah keluarga yang cukup berpengaruh dalam pendirian desa Konoha. Minato telah terpilih menjadi hokage ke empat.

Namun sayang, saat Naruto lahir, kedua orang tua nya meninggal secara tragis demi melindungi desa Konoha. Ia pun diurus oleh sang kakek, Jiraiya Namikaze, seorang duda yang kemudian menikahi teman masa kecilnya, Tsunade Senju, yang merupakan Hokage ke lima.

Naruto pun hidup bersama kakek dan neneknya semasa kecilnya. Ketika dia sudah mulai beranjak remaja, ia dikirim ke Akademi Ninja Konoha. Setelah lulus dan menjadi seorang Genin, Kakashi, guru pembimbing nya membentuk sebuah tim yang terbentuk dari Sasuke Uchiha, dan Sakura Haruno.

Naruto telah lulus ujian Chunnin. Dan sekarang ia dan rekan satu timnya telah menjadi chunnin.

Sebagai penerus satu-satunya dari klan Uzumaki, Jiraiya dan Tsunade sangat khawatir dengan keselamatan sang cucu.

...

Suatu hari, Naruto, Jiraiya dan Tsunade sedang makan malam, tiba-tiba ia meletakan alat makannya di piring dan menarik nafas panjang.

"Naruto."

Jiraiya memanggil cucunya. Naruto yang tidak acuh hanya menjawab dengan singkat.

"Ya?"

Dia menjawabnya sembari mengupil dan mendegus.

"Naruto, kau sedang makan! Jangan mengupil!" Tsunade mengomelinya.

"Iya iya nek." Naruto menghembuskan nafasnya dan melihat kearah Jiraiya.

"Ada yang ingin kakek bicarakan dengan mu Naruto. Sebentar lagi ulang tahun mu yang ke 18 kan?"

Naruto mengangguk sembari melahap makanan di piringnya.

"Ya itu benar kek, memangnya kenapa? Apakah kakek akan membelikanku mobil?!"

Naruto tersenyum girang sembari terkekeh.

"Enak saja kamu." Tsunade menyentil tangan Naruto. Naruto merintih kesakitan dan memegangi tangannya.

"Kau dengarkan kakek dulu Naruto. Sebentar lagi kau akan beranjak dewasa, dan kau lah satu satunya penerus dari Klan Uzumaki. Sebentar lagi kau akan cukup umur dan bisa menggantikan kakek. Kakek merasa umur kakek tidak akan lama lagi."

Naruto terdiam sejenak. "Kakek bicara apa sih, kakek sehat sehat saja kan? Lagi pula kakek dan nenek juga seorang Sannin legendaris." Naruto melihat kedua kakek neneknya.

"Itu tidak menjamin umur kakek Naruto, tapi memang kakek adalah Sannin legendaris, jangan lupakan itu-" Tsunade menjewer telinga Jiraiya.

"Ini bukan waktunya untuk pamer bodoh…" Tsunade berdecih sembari menjewer telinga Jiraiya.

"Aduh…sakit sayang…" Jiraiya merintih sembari memegangi telinganya. Tsunade membuang muka dan merengut.

'Dua orang tua ini…' Batin Naruto.

"Naruto, jadi…Kakek ingin kau memimpin klan ini. Kakek akan mengundurkan diri dan menghabiskan waktu bersama nenekmu yang cantik ini." Jiraiya terkekeh sembari memegang tangan Tsunade yang membuat Tsunade tersipu malu.

"…Apakah kakek yakin kalau aku pantas menggantikanmu kek?" Naruto melihat kakeknya.

"Omong kosong apa itu, kau cucuku. Kau mengalahkan berbagai musuh diatas levelmu…dan kau adalah orang paling setia yang kakek kenal, tentu kau pantas, Naruto."

Jiraiya tersenyum hangat.

"Kalau begitu, baiklah. Akan ku lakukan."

...

Dua tahun kemudian.

Setelah perang shinobi ke empat usai, Naruto menyelematkan desa Konoha dari Pain.

Ia dan teman temannya dinobatkan sebagai pahlawan berjasa bagi desa Konoha.

Kemudian, setelah sekian lama menunggu, Jiraiya masih terluka dari perang dan segelintir anggota klan Uzumaki yang tersisa, berkumpul dan menyaksikan penyerahan kedudukan tersebut kepada sang Uzumaki terakhir, Naruto.

"Mulai hari ini aku, Uzumaki Naruto, akan memimpin klan ini menuju kesuksekan dan kebahagiaan."

Naruto tersenyum lebar sembari mengepal tangannya.

Karin sepupunya dan sang kakek bertepuk tangan, bahagia.

Beberapa ketua klan lainnya seperti Hiashi Hyuga, Itachi Uchiha, dan Asuma Sarutobi.

Setelah bertemu para tamu, Naruto dan Joraiya pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Tsunade yang jatuh koma setelah kewalahan dan kehabisan chakra saat menolong korban perang.

Jiraiya menggenggam tangan Tsunade dan mengusap jarinya.

"Naruto, kau sekarang sudah cukup umur…Aku perlu memberi tahumu sebuah perjanjian yang aku temukan di kantorku."

Jiraiya mengeluarkan segulung kertas yang kelihatan sudah tua dan berdebu.

"Didalam gulungan kertas ini, ada perjanjian antara leluhur kita dan leluhur dari klan Hyuuga."

Naruto mengangguk dan melihat ke arah Jiraiya.

"Ya, lalu apa hubungannya denganku?"

Jiraiya menarik nafas panjang, "Mereka membuat perjanjian, bahwa anak perempuan setelah garis keturunan ke 7 mereka harus menikahi pewaris klan Uzumaki untuk membalas kebaikan yang telah klan Uzumaki terima pada awal pendirian desa."

Naruto terdiam.

"Kakek bercanda kan?"

Naruto tertawa canggung. Jiraiya terdiam.

Naruto merebut segulung kertas itu dari tangan kakeknya, ia membacanga dan matanya terbelalak.

"Cih…aku tidak setuju dengan ini kakek!"

Naruto berteriak.

"Maaf Naruto. Gulungan kertas ini di segel dengan jutsu ikatan darah, apabila hal ini tidak lakukan akan ada kemalangan yang menimpa kita, dan sepertinya ini sudah terjadi, lihatlah nenekmu…"

Jiraiya mengelus kening Tsunade dan menciumnya.

Naruto menggigit bibirnya sembari kebingungan, apa yang harus dia lakukan?

"Akan kuberi kau waktu untuk memikirkannya."

Naruto pergi keluar untuk menemui temannya, Neji.

Setelah mengobrol beberapa saat dengan Neji, ia teringat akan perjanjian yang tadi kakeknya beri tahu.

"Hei apakah kau pernah mendengar tentang jutsu perjanjian darah? Kakek Jiraiya menemukan perjanjian antara klan mu dan klan ku."

Neji melihat ke arah Naruto. "Untuk jutsu perjanjian darah itu aku memang pernah mendengarnya, jutsu tingkat tinggi yang sangat berbahaya…tapi aku belum pernah mendengar tentang perjanjian antara Hyuuga dan Uzumaki. Akan kutanyakan kepada ayahku."

Neji tersenyum.

"Baiklah, terimakasih Neji."

Neji pun pergi, meninggalkan Naruto sendirian.

Terlihat dari kejauhan, Neji sedang berbicara dengan Hiashi dan Hizashi, dan dibelakangnya ada seorang perempuan bersurai indigo.

'Oh itu sepertinya Hinata.' Batinnya.

Mata lavendernya itu samar-samar menatap kearah Naruto. Rambutnya tergerai panjang, dan kulit putih pucatnya bersinar cerah.

"Cantik…" Gumamnya.

"Apa?! Menikah?! Tapi Hinata masih muda ayah, paman!"

Suara Neji menggelegar di kediaman Hyuuga.

"Neji, jaga suaramu." Hizashi melirik tajak kearah Neji.

"Itu tidak adil ayah! Mereka merenggut masa depan Hinata!" Neji mengepal tangannya dengan kesal, sementara Hinata dan Hanabi hanya duduk terdiam di pojok ruangan.

"Neji."

Hiashi menatap kearah Neji.

"Aku juga tahu mengenai itu. Sebagai shinobi modern, kita seharusnya meninggalkan budaya kuno seperti ini, tapi…ini bersangkut paut dengan perjanjian itu…mereka menggunakan jutsu terlarang itu…jika tidak menepati itu…kekkei genkai kita akan punah."

Deg

Neji melihat kearah Hinata dan Hanabi, ia menggigit bibirnya.

"Kalau bukan dengan si jagoan bodoh berambut kuning itu…aku mungkin sudah menghabisi kalian…"

Neji menatap kearah Hiashi dan Hizashi secara sinis dan kemudian ia mendekati Hinata dan Hanabi, berusaha menenangkannya.

"Maafkan aku Hinata…" Neji melihat ke lantai dengan sedih.

"Tidak apa-apa kak…kak Neji tidak usah khawatir…Naruto baik jadi tenang saja…"

Hinata mencoba meredam amarah Neji.

"Aku tidak akan membiarkan Hanabi diperlakukan seperti ini juga…" Neji melihat kearah Hanabi, ia masih berumur tujuh belas tahun.

"Semuanya akan baik-baik saja." Neji tersenyum mencoba mengalihkan pikirannya.

Naruto duduk di teras sembari menyalakan rokoknya. Itu adalah sebuah kebiasaan yang baru-baru ini ia lakukan. Ia sangat merasa stres dan bingung harus meluapkannya kemana. Dia menghirup asap pekat tersebut dan memejamkan matanya.

"Bolehkah kakek ikut?"

Naruto tersentak dan hendak membuang rokoknya.

"Eh kakek…" Naruto menggaruk kepalanya dan tertawa canggung.

"Kau kira aku tidak tau? Hahaha, kau ini. Nyalakan satu untuk kakek."

Jiraiya duduk di samping Naruto. Naruto mengambil sebatang rokok lagi dan membakar ujungnya dengan sebuah korek.

Ia memberikannya kepada Jiraiya dan mereka menghisap gulungan tersebut bersama.

"Kau tidak ada misi hari ini?" Jiraiya menoleh kearahnya.

"Tidak kek, semenjak aku mengalahkan Pain, aku ditarik dari semua misi karena cedera di dadaku. Padahal dengan cakra kyuubi, lukanya sudah pulih." Naruto

"Jangan terlalu memaksakan dirimu Naruto. Aku tahu kamu hebat, tapi kau juga punya batas kemampuan. Tentu tidak melebihi kekuatanku-" Jiraiya tertawa keras.

Naruto pun ikut tertawa.

Jiraiya membuang puntung rokoknya.

"Hei, Hinata tidak separah itu asal kau tahu…Ia cantik, kulitnya putih pucat, byakugannya sangat menakjubkan dan dadanya-"

Naruto kemudian memukul kepala Jiraiya sembari berteriak.

"Kakek semakin tua bukannya semakin bijak tapi semakin mesum!" Naruto berteriak kesal.

"Maafkan aku Naruto…" Jiraiya meringis kesakitan.

"Dasar mesum." Naruto bergumam dan menghirup kembali gumpalan asap yg keluar dari gulungan kertas yang ia pegang.

"Hinata punya adik ya? Hanabi namanya kalau tidak salah. Aku sering melihatnya makan di ichiraku ramen bersama temanmu si cucu hokage ke tiga." Jiraiya melihat kearah Naruto.

'Oh bajingan itu ternyata berani juga' Batin Naruto.

"Hahaha…jangan bilang siapa-siapa, tapi Konohamaru sedang berusaha mendekatinya." Naruto terkekeh sembari memegangi perutnya.

"Dasar bocah sok bisa…" Jiraiya tertawa.

"Hei Naruto, maafkan kakek atas perjodohan itu…kakek tidak bisa melakukan apa-apa."

Jiraiya memegang bahu Naruto.

"Tidak apa-apa kek, ini bukan salah kakek." Naruto tersenyum lebar.

"Lagi pula kakek pasti akan bangga kalau aku menikah." Naruto meringis dan mengacungkan jempolnya.

...

Halo semuanya, perkenalkan namaku Gege. Aku baru pertama kali mempublish cerita disini, sebelumnya aku menggunakan wattpad, namun cerita karanganku sudah ku arsip semua. Semoga kalian suka ya!